Kepribadian menurut psikologi islami adalah integrasi sistem kalbu, akal
dan nafsu manusia yang menimbulkan tingkah laku. Aspek nafsiyah manusia
memiliki tiga daya yaitu kalbu (fitrah
ilahiyah), sebagai aspek supra-kesadaran manusia yang memiliki daya afeksi
(emosi rasa), kemudian akal (fitrah
insaniyah), sebagai aspek kesadaran
manusia yang memilki daya kognisi (cipta), yang terakhir adalah nafsu (fitrah hayawaniyah), sebagai aspek pra
atau bawah kesadaran manusia yang memiliki daya konasi (karsa). Ketiga komponen
ini berintegrasi untuk mewujudkan suatu tingkah laku. Kalbu ini memiliki
kecenderungan kepada pembawaan roh, nafsu kepada jasad, sedangkan akal antara
roh dan jasad. Dari sudut tingkatannya kepribadian itu merupakan integrasi dari
aspek-aspek supra-kesadaran. Sedangkan dari sudut fungsinya kepribadian
merupakan integrasi dari daya afeksi, kognisi dan konasi yang terwujud dalam
tngkah laku luar maupun tingkah laku dalam.
Kepribadian sesungguhnya merupakan produk dari interaksi diantara ketiga
komponen tersebut, hanya saja ada salah satu diantaranya yang lebih mendominasi
dari komponen yang lain. Dalam interaksi itu kalbu mempunyai posisi dominan
dalam mengendalikan suatu kepribadian. Prinsip kerjanya cenderung kepada fitrah
asal manusia yaitu rindu akan kehadiran Tuhan dan kesucian jiwa. Aktualisasi
kalbu sangat ditentukan oleh sistem kendalinya yang dimaksud adala dhamir yang
dibimbingoleh fitrah al-munazzalah
(Al-Qur’an dan sunnah). Apabila sistem kendali ini berfungsi sebagaimana
mestinya maka kepribadian manusia sesuai dengan amanat yang telah diberikan
oleh Allah dialam perjanjian. Namun apabila ia tidak berfungsi maka kepribadian
manusia akan dikendalikan oleh komponen lain yang lebih rendah kedudukannya.
Sementara
itu akal prinsip kerjanya adalah mengejar hala-hal yang realitas dan
rasionalistik. Oleh sebab itu tugas utama akal adalah mengikat dan menahan hawa
nafsu. Apabila tugas utama ini terlaksana maka akal mampu untuk mwengaktualisasiakan
sifat bawaan tertingginya, namun jika tidak maka akal akan dimanfaatkan oleh
akal.
Sementara
nafsu prinsip kerjanya hanya mengejar kenikmatan duniawi dan hanya ingin
mengumbar nafsu-nafsu impulsnya. Apabila sistem kendali kalbu dan akal melemah
nafsu mampu mengaktualkan sifat bawaannya tapi apabila sistem kendali akal dan
kalbu tetap berfungsi maka daya nafsu yang melemah. Nafsu sendiri memiliki daya
tarik yang sangat kuat dibandingkan dengan kedua sistem fitrah insani lainnya maka dari itu banyak manusia yang melakukan
penyimpangan karena pengaruh hawa nafsu negatif yang menguasai akal dan kalbu
kita. Kekuatan tersebut disebabkan oleh bantuan dan bisikan setan serta
tipuan-tipuan impuls alainnya. Sifat nafsu adalah mengarah pada amarah yang buruk. Namun apabial ia
diberi rahmat oleh Allah ma ka ia menjadi daya yang positif yaitu kemauan (iradah) dan kemapuan (qudrah) yang tinggi derajatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar