Rabu, 07 Desember 2016

Dinamika Kepribadian menurut Psikologi Islam


Kepribadian menurut psikologi islami adalah integrasi sistem kalbu, akal dan nafsu manusia yang menimbulkan tingkah laku. Aspek nafsiyah manusia memiliki tiga daya yaitu kalbu (fitrah ilahiyah), sebagai aspek supra-kesadaran manusia yang memiliki daya afeksi (emosi rasa), kemudian akal (fitrah insaniyah),  sebagai aspek kesadaran manusia yang memilki daya kognisi (cipta), yang terakhir adalah nafsu (fitrah hayawaniyah), sebagai aspek pra atau bawah kesadaran manusia yang memiliki daya konasi (karsa). Ketiga komponen ini berintegrasi untuk mewujudkan suatu tingkah laku. Kalbu ini memiliki kecenderungan kepada pembawaan roh, nafsu kepada jasad, sedangkan akal antara roh dan jasad. Dari sudut tingkatannya kepribadian itu merupakan integrasi dari aspek-aspek supra-kesadaran. Sedangkan dari sudut fungsinya kepribadian merupakan integrasi dari daya afeksi, kognisi dan konasi yang terwujud dalam tngkah laku luar maupun tingkah laku dalam.

Kepribadian sesungguhnya merupakan produk dari interaksi diantara ketiga komponen tersebut, hanya saja ada salah satu diantaranya yang lebih mendominasi dari komponen yang lain. Dalam interaksi itu kalbu mempunyai posisi dominan dalam mengendalikan suatu kepribadian. Prinsip kerjanya cenderung kepada fitrah asal manusia yaitu rindu akan kehadiran Tuhan dan kesucian jiwa. Aktualisasi kalbu sangat ditentukan oleh sistem kendalinya yang dimaksud adala dhamir yang dibimbingoleh fitrah al-munazzalah (Al-Qur’an dan sunnah). Apabila sistem kendali ini berfungsi sebagaimana mestinya maka kepribadian manusia sesuai dengan amanat yang telah diberikan oleh Allah dialam perjanjian. Namun apabila ia tidak berfungsi maka kepribadian manusia akan dikendalikan oleh komponen lain yang lebih rendah kedudukannya.

Sementara itu akal prinsip kerjanya adalah mengejar hala-hal yang realitas dan rasionalistik. Oleh sebab itu tugas utama akal adalah mengikat dan menahan hawa nafsu. Apabila tugas utama ini terlaksana maka akal mampu untuk mwengaktualisasiakan sifat bawaan tertingginya, namun jika tidak maka akal akan dimanfaatkan oleh akal.

Sementara nafsu prinsip kerjanya hanya mengejar kenikmatan duniawi dan hanya ingin mengumbar nafsu-nafsu impulsnya. Apabila sistem kendali kalbu dan akal melemah nafsu mampu mengaktualkan sifat bawaannya tapi apabila sistem kendali akal dan kalbu tetap berfungsi maka daya nafsu yang melemah. Nafsu sendiri memiliki daya tarik yang sangat kuat dibandingkan dengan kedua sistem fitrah insani lainnya maka dari itu banyak manusia yang melakukan penyimpangan karena pengaruh hawa nafsu negatif yang menguasai akal dan kalbu kita. Kekuatan tersebut disebabkan oleh bantuan dan bisikan setan serta tipuan-tipuan impuls alainnya. Sifat nafsu adalah mengarah pada amarah yang buruk. Namun apabial ia diberi rahmat oleh Allah ma ka ia menjadi daya yang positif yaitu kemauan (iradah) dan kemapuan (qudrah) yang tinggi derajatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar