Kamis, 22 Desember 2016

Baduy dan Pendidikan


Dari sekian aspek kehidupan yang masih menjadi sebuah dilema bagi komunitas Baduy adalah aspek pendidikan. Pandangan tokoh adat dan kokolotan masyarakat Baduy tentang pendidikan sangat beragam dan belum mengarah pada satu titik kesepahaman apakah memang betul-betul pendidikan formal (bersekolah) bagi warga Baduy adalah hal yang sangat tabu? Apakah dengan adanya pendidikan formal sekolah di Baduy akan sangat merugikan dan merusak masa depan warga Baduy apakah pendidikan formal dilarang bagi warga Baduy adalah sebuah harga mati? Jika bersekolah itu ditabukan mengapa diantara warga mereka banyak yang terampil membaca, menulis dan menghitung sehingga memiliki kemampuan berkomunikasi, berinteraksi, bahkan memiliki jaringan usaha yang luas. Mereka sudah terbiasa belanja ke toko besar dan berbaur dengan orang-ornag kota. Jika bersekolah dalam arti mereka memiliki pengetahuan merugikan mereka, mengapa penggunaan alat-alat bantu modern bebas dimiliki dan dimanfaatkan oleh warga mereka.
Persepsi masyarakat Baduy terhadap pendidikan
Ayah Mursid sebagai tokoh muda dari Baduy dalam di cibeo berkomentar bahwa “ manusia berilmu dan berpendidikan itu penting untuk bekal hidup manusia di dunia dan di akhirat supaya tidak tersasar. Agar manusia tidak tersasar, tentunya harus didik ilmu dasar agama, dasar negara, dasar wiwitan dan ilmu pengetahuan sebab dalam riwayat awal manusia diciptakan dibuana panca tengah ini, manusia penuh dibekali berbagai amanah untuk kelangsungan hidupnya yang bertugas menjaga dan memelihara alam dengan segala isinya, tentunya bila manusia tidak dibekali dan tidak memiliki dasar-dasar ilmu tadi maka sudah jelas manusia tersebut tidak akan mampu untuk melaksanakan amanah.”
          Pada penjelasan selanjutnya, ayah Mursid menjelaskan bahwa kalimat adat melarang warganya mengikuti sekolah secara formal atau melarang pendidikan formal dibuka ditanah ulayat mereka.” Sebenarnya didasari oleh berbagai pemikiran dan tujuan para leluhur mereka yang berpandangan jauh ke masa depan kami keselamatan dan eksistensi kesukuan mereka. Tujuan yang paling utama adalah menahan terlalu bebasnya masyarakat adat mangadopsi gaya kehidupan modern karena komunitas mereka meiliki tugas berbondong-bondong untuk mengejar dan menuhi kebutuhan kepuasan materi dan kemajuan hidup sehingga adat terlupakan. Mereka sudah waspada bahwa kepuasan dan kemajuan itu ada batasnya.”
          Sebenarnya di Baduy pendidikan sudah dikenal dan telah diterapkan sejak kesukuan mereka lahir tetapi dengan konsep yang sederhana disesuaikan dengan aturan ajaran dan tatanan hukum adat. Proses dan prioritas pendidikan model papagahan (saling mengajari sesama warga) di komunitas Baduy lebih diutamakan  dan diarahkan pada pemahaman tentang dasar-dasar hukum adat yang disampaikan secara lisan dan percontohan pada setiap anak cucunya dan tidak dalam bentuk tulisan. Menurut mereka belajar membaca, menulis dan menghitung bukan tidak butuh dan tidak penting tetapi yang pokok yang penting bagi mereka adalah belajar untuk memahami dan mampu membaca dasar-dasar hukum adat sebagai pondasi calistung atau ilmu pengetahuan lainnya mereka anggap sebagai pelengkap dan penyeimbang untuk hidup dan bergaul dengan masyarakat luar.


Sumber : Buku “ Saat Baduy Bicara”

Karya Asep kurnia, S. Pd. Dan Dr. Ahmad sihbudin, M.Si.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar