Dari sekian aspek kehidupan yang masih menjadi sebuah
dilema bagi komunitas Baduy adalah aspek pendidikan. Pandangan tokoh adat dan
kokolotan masyarakat Baduy tentang pendidikan sangat beragam dan belum mengarah
pada satu titik kesepahaman apakah memang betul-betul pendidikan formal
(bersekolah) bagi warga Baduy adalah hal yang sangat tabu? Apakah dengan adanya
pendidikan formal sekolah di Baduy akan sangat merugikan dan merusak masa depan
warga Baduy apakah pendidikan formal dilarang bagi warga Baduy adalah sebuah
harga mati? Jika bersekolah itu ditabukan mengapa diantara warga mereka banyak
yang terampil membaca, menulis dan menghitung sehingga memiliki kemampuan
berkomunikasi, berinteraksi, bahkan memiliki jaringan usaha yang luas. Mereka
sudah terbiasa belanja ke toko besar dan berbaur dengan orang-ornag kota. Jika
bersekolah dalam arti mereka memiliki pengetahuan merugikan mereka, mengapa
penggunaan alat-alat bantu modern bebas dimiliki dan dimanfaatkan oleh warga
mereka.
Persepsi
masyarakat Baduy terhadap pendidikan
Ayah Mursid sebagai tokoh muda dari Baduy dalam di
cibeo berkomentar bahwa “ manusia berilmu dan berpendidikan itu penting untuk
bekal hidup manusia di dunia dan di akhirat supaya tidak tersasar. Agar manusia
tidak tersasar, tentunya harus didik ilmu dasar agama, dasar negara, dasar
wiwitan dan ilmu pengetahuan sebab dalam riwayat awal manusia diciptakan
dibuana panca tengah ini, manusia penuh dibekali berbagai amanah untuk
kelangsungan hidupnya yang bertugas menjaga dan memelihara alam dengan segala
isinya, tentunya bila manusia tidak dibekali dan tidak memiliki dasar-dasar
ilmu tadi maka sudah jelas manusia tersebut tidak akan mampu untuk melaksanakan
amanah.”
Pada
penjelasan selanjutnya, ayah Mursid menjelaskan bahwa kalimat adat melarang warganya
mengikuti sekolah secara formal atau melarang pendidikan formal dibuka ditanah
ulayat mereka.” Sebenarnya didasari oleh berbagai pemikiran dan tujuan para
leluhur mereka yang berpandangan jauh ke masa depan kami keselamatan dan
eksistensi kesukuan mereka. Tujuan yang paling utama adalah menahan terlalu
bebasnya masyarakat adat mangadopsi gaya kehidupan modern karena komunitas
mereka meiliki tugas berbondong-bondong untuk mengejar dan menuhi kebutuhan
kepuasan materi dan kemajuan hidup sehingga adat terlupakan. Mereka sudah
waspada bahwa kepuasan dan kemajuan itu ada batasnya.”
Sebenarnya
di Baduy pendidikan sudah dikenal dan telah diterapkan sejak kesukuan mereka
lahir tetapi dengan konsep yang sederhana disesuaikan dengan aturan ajaran dan
tatanan hukum adat. Proses dan prioritas pendidikan model papagahan (saling
mengajari sesama warga) di komunitas Baduy lebih diutamakan dan diarahkan pada pemahaman tentang
dasar-dasar hukum adat yang disampaikan secara lisan dan percontohan pada
setiap anak cucunya dan tidak dalam bentuk tulisan. Menurut mereka belajar
membaca, menulis dan menghitung bukan tidak butuh dan tidak penting tetapi yang
pokok yang penting bagi mereka adalah belajar untuk memahami dan mampu membaca
dasar-dasar hukum adat sebagai pondasi calistung
atau ilmu pengetahuan lainnya mereka anggap sebagai pelengkap dan penyeimbang
untuk hidup dan bergaul dengan masyarakat luar.
Sumber
: Buku “ Saat Baduy Bicara”
Karya
Asep kurnia, S. Pd. Dan Dr. Ahmad sihbudin, M.Si.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar