Masyarakat Baduy adalah masyarakat yang menganut pola
hidup sederhana serta mandiri dan berusaha memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
Kebutuhan pangan mereka dipenuhi dengan 2 cara yaitu pertama, dengan menanam
padi diladang setahun sekali, hasilnya tidak untuk diperjualbelikan tetapi
untuk disimpan dilumbung padi. Masing-masing sebagai cadangan atau persiapan
bila suatu saat terjadi bencana alam yang mengakibatkan kekurangan pangan. Yang
kedua, memenuhi kebutuhan pangannya dengan sebisa mungkin membeli beras dan
kebutuhan lainnya dari para pedagang disekitar pemukiman mereka.
Pola
hidup masyarakat suku Baduy dalam dengan masyarakat suku Baduy luar hampir sama
misalnya mereka sama-sama dilarang bersekolah secara formal, pola makan dan
bentuk rumah yang seragam dengan bentuk nyulah
nyanda. Namun pada hal-hal tertentu perbedaan mereka sangat mencolok. Di
Baduy dalam sangat dilarang memiliki barang-barang elektronik, alat makan dan
minum yang terbuat dari gelas, plastik dan barang-barang rumah tangga lainnya
yang berasal dari luar. Rumah tidak boleh pake paku hanya pasak dan tali dari
rotan dan hanya memiliki satu pintu. Intinya segala bentuk perilaku dan pola
hidup yang berbaumodern serta bertentangan dengan pikukuh karuhunmereka tolak
dan bagi yang melanggar akan mendapat sanksi hukum sesuai dengan hukum adat
yang berlaku.
Lain
halnya dengan masyarakat Baduy luar pola hidup mereka sudah mulai longgar dan
terbuka karena memang aturan atau hukum adatnya memberikan kelonggaran bila dibandingkan
dengan hukum adat bagi masyarakat suku Baduy dalam. Mereka sudah mulai
mengadopsi pola hidup masyarakay non-Baduy kedalam pola hidup mereka
sehari-hari walaupun mereka selalu menampilkan ciri khas kesukuan mereka.
Mereka sudah diperbolehkan menggunakan alat transportasi dan alat komunikasi.
Mata pencaharian pokok
mereka adalah bercocok tanam secara khusus berladang setahun sekali, menanam
padi disawah dilarang adat karena mengubah struktur tanah atau alam. Berladang
juga dipandang wajib bagi setia warga Baduy dan tidak boleh ditinggalkan mengingat
berladang juga merupakan salah satu ritual adat setara dengan bentuk ibadah sesuai dengan keyakinan ajaran sunda
wiwitan. Mata pencaharian lainnya adalah mengambil atau menyadap air mira yang
kemudian akan diolah menjadi gula. Untuk memnuhi kebutuhan pangan khusus Baduy
luar sudah mulai terbuka bai penyelenggaraan usaha yang berorientasi pasar
(berdagang) yang dilaksanakan dirumah penduduk.
Persatuan dan kesatuan
serta kerja sama adalah bagian yang tidak terpisahkan dari ciri khas masyarakat
Baduy. Hampir disetiap kegiatan masyarakat atau individu selalu dikerjakan
dengan semangat gotong royong saling membantu, mereka mengistilahkan dengan
sebutan rereongan.
Sumber
: Buku Saatnya Baduy Bicara karya Asep Kurnia, S.Pd. dan Dr. Ahmad Sihabudin, M.Si.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar