Kamis, 22 Desember 2016

Demografi Komunitas Baduy


Masyarakat Baduy adalah masyarakat yang menganut pola hidup sederhana serta mandiri dan berusaha memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Kebutuhan pangan mereka dipenuhi dengan 2 cara yaitu pertama, dengan menanam padi diladang setahun sekali, hasilnya tidak untuk diperjualbelikan tetapi untuk disimpan dilumbung padi. Masing-masing sebagai cadangan atau persiapan bila suatu saat terjadi bencana alam yang mengakibatkan kekurangan pangan. Yang kedua, memenuhi kebutuhan pangannya dengan sebisa mungkin membeli beras dan kebutuhan lainnya dari para pedagang disekitar pemukiman mereka.
          Pola hidup masyarakat suku Baduy dalam dengan masyarakat suku Baduy luar hampir sama misalnya mereka sama-sama dilarang bersekolah secara formal, pola makan dan bentuk rumah yang seragam dengan bentuk nyulah nyanda. Namun pada hal-hal tertentu perbedaan mereka sangat mencolok. Di Baduy dalam sangat dilarang memiliki barang-barang elektronik, alat makan dan minum yang terbuat dari gelas, plastik dan barang-barang rumah tangga lainnya yang berasal dari luar. Rumah tidak boleh pake paku hanya pasak dan tali dari rotan dan hanya memiliki satu pintu. Intinya segala bentuk perilaku dan pola hidup yang berbaumodern serta bertentangan dengan pikukuh karuhunmereka tolak dan bagi yang melanggar akan mendapat sanksi hukum sesuai dengan hukum adat yang berlaku.
          Lain halnya dengan masyarakat Baduy luar pola hidup mereka sudah mulai longgar dan terbuka karena memang aturan atau hukum adatnya memberikan kelonggaran bila dibandingkan dengan hukum adat bagi masyarakat suku Baduy dalam. Mereka sudah mulai mengadopsi pola hidup masyarakay non-Baduy kedalam pola hidup mereka sehari-hari walaupun mereka selalu menampilkan ciri khas kesukuan mereka. Mereka sudah diperbolehkan menggunakan alat transportasi dan alat komunikasi.
Mata pencaharian pokok mereka adalah bercocok tanam secara khusus berladang setahun sekali, menanam padi disawah dilarang adat karena mengubah struktur tanah atau alam. Berladang juga dipandang wajib bagi setia warga Baduy dan tidak boleh ditinggalkan mengingat berladang juga merupakan salah satu ritual adat setara dengan bentuk  ibadah sesuai dengan keyakinan ajaran sunda wiwitan. Mata pencaharian lainnya adalah mengambil atau menyadap air mira yang kemudian akan diolah menjadi gula. Untuk memnuhi kebutuhan pangan khusus Baduy luar sudah mulai terbuka bai penyelenggaraan usaha yang berorientasi pasar (berdagang) yang dilaksanakan dirumah penduduk.
Persatuan dan kesatuan serta kerja sama adalah bagian yang tidak terpisahkan dari ciri khas masyarakat Baduy. Hampir disetiap kegiatan masyarakat atau individu selalu dikerjakan dengan semangat gotong royong saling membantu, mereka mengistilahkan dengan sebutan rereongan.



Sumber : Buku Saatnya Baduy Bicara karya Asep Kurnia, S.Pd. dan      Dr. Ahmad Sihabudin, M.Si.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar