Benih
varietas unggul memiliki peran penting dalam meningkatkan produksi padi
nasional. Hampir 80% areal sawah di Indonesia telah ditanami varietas unggul.
Akan tetapi, sayangnya potensi varietas padi itu belum mampu ditingkatkan
secara nyata. Malahan laju peningkatan produksi padi dalam beberapa tahun
terakhir cenderung melandai dan mengalami stagnasi. Mengapa demikian?.
Terbatasnya kemampuan genetik varietas padi yang tersedia untuk berproduksi
lebih tinggi diduga menjadi penyebabnya. Para petani saat ini umumnyaa
menggunakan jenis Inbrida yaitu padi yang benihnya diperoleh melalui
persilangan biasa seperti cisadane, IR64, Membrano, Maros dan Ciherang.
Untuk
menerpbos stagnasi potensia hasil tersebut dilakukan pendekatan baru dalam
proses perakitan melalui padi tipe baru dan Hibrida. Khusus padi Hibrida,
teknologi yang dipakai memanfaatkan pengaruh ketegaran heterosis dengan
varietas padi yang ada. Pembentukkan padi ini melibatkan galur jantan
Sitiplasmik, galur potensial, dan galur pemulih kesuburan.
Dalam
perkembangan teknologi perpadian Cina, India, dan Vietanam telah lebih dulu
mampu mengembangkan padi hibrida, sedangkan di Indonesia pengembangan padi
hibrida baru dilakukan pada tahun 1984 di Balitpa, Sukamandi. Ketika itu
awalnya peneliitan hanya difokuskan pada evaluasi varietas hibrida introduksi
dan galur-galur induk dari cina dan beberapa negara lain. Baru tahun 1998 penelitian padi jenis itu ditingkatkan
dengan melaksanakan seluruh rangkaina proses pemulihan sehingga mulai tahin
2001 penelitian lebih diintensifkan, melibatkan disiplin ilmu pemuliaan
agronomi, dan fisiologi maupun hama atau penyakit tanaman.
Untuk
meningkatkan kualitas padi di Indonesia kita sebagai generasi muda harus
mencoba meneliti dan mengembangbiakkan perpadian di Indonesia. Di indonesia
sendiri perpadian adalah salah satu sektor penting dalam masyarakat untuk
mempertahankan kehidupan bangsa.
Sumber
: Buku paket Bahasa Indonesia karya Dr. Andoyo sastromiharjo, M. Pd.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar