ARTIKEL TUGAS
FILSAFAT PENDIDIKAN
MENGANALISIS
PERTENTANGAN
Dosen pengampu : Reksa Adya Pribadi,
M. Pd.
Disusun oleh :
NAMA
: EVA OKTAVIA
NIM : 2285160032
JURUSAN :
BIMBINGAN DAN KONSELING
SEMESTER : 1
UNIVERSITAS SULTAN
AGENG TIRTAYASA
2016
PENDAHULUAN
Ada
beberapa buku filsafat yang sudah saya baca seperti FILSAFAT PENDIDIKAN MASA DEPAN karya Dr. Saifur Rohman, M.Hum, M.Si
dan Agus wibowo, M.Pd kemudian FILSAFAT ILMU
karya Jerome R. Ravertz dan FILSAFAT ILMU
karya Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A. dan FILSAFAT
ILMU PENGETAHUAN karya Prof. Kornad kebung, ph. D. Serta FILSAFAT ILMU karya Prof. Dr. Idzam
fautanu, MA. Dari beberapa buku yang sudah saya baca itu terdapat beberapa
persamaan seperti antara buku FILSAFAT
ILMU karya Jerome dengan buku FILSAFAT
ILMU karya Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A. yaitu mengenai pengertian ilmu
itu sendiri bahwa yang dimaksud dengan ilmu adalah sesuatu yang didapat melalui
pelajaran dan pengalaman. Tetapi tidak jarang bahwa dari beberapa buku ini saya
juga menemukan berbagai pertentangan dan perbedaan antara buku yang satu dengan
buku yang lain serta antara tokoh filsafat yang satu dengan tokoh filsafat yang
lain. Berikut ini saya akan sedikit menjelaskan pendapat saya mengenai
pertentangan dan perbedaan yang dapat saya simpulkan diantara buku-buku yang
sudah saya baca.
PERTENTANGAN :
1.
Buku FILSAFAT
ILMU karya jerome R. Ravertz dengan FILSAFAT
ILMU karya Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A.
Buku
Filsafat ilmu karya Jerome membahas mengenai ruang lingkup bahasa yang dibagi
kedalam dua bagian . Bagian pertama membahas tentang sejarah ilmu yang mengkaji
bagaimana ilmu dalam peradaban zaman kuno dan abad tengah. Pada zaman itu ilmu
yang dikaji adalah ilmu dalam peradaban islam, india, dan jepang.
Bagian
kedua baru membahas tentang ilmu yang mengkaji tentang pendekatan umum filsafat
ilmu yang menyangkut konseptualisasi dan metodologi ilmu.
Sedangkan
dalam buku Filsafat ilmu karya prof. Dr. Amsal dijelaskan bahwa setiap ilmu itu
memiliki dua macam objek yaitu objek material dan objek formal. Cakupan objek
filsafat lebih luas dibandingkan dengan ilmu karena ilmu hanya terbatas pada
persoalan yang empiris saja sedangkan filsafat mencangkup yang empiris dan non
empiris. Menurut buku prof. Dr. Amsal
pengertian ilmu. Ilmu berasal dari bahasa arab ‘alima, ya’ lamu, ‘ilman
yang berarti mengerti, memahami benar-benar.
Menurut
buku karya Prof. Dr. Amsal :
Beberapa
ciri utama ilmu menurut terminologi
a. Ilmu
adalah sebagian pengetahuan yang bersifat koheren empiris sistematis dapat
diukur dan dibuktikan berbeda dengan iman yaitu pengetahuan didasarkan atas
keyakinan kepada yang gaib serta penghayatan dan pengalaman pribadi.
b. Berbeda
dengan pengetahuan ilmu tidak pernah mengartikan kepentingan pengetahuan satu putusan
tersendiri sebaliknya ilmu menandakan
sebuah seluruh kesatuan ide yang mengacu ke objek yang sama dan saling
berkaitan secara logis. Karena itu koherensi sistematis objek menyingkapkan
dirinya sendiri kepada kita dalam kaitan-kaitan logis yang dapat dilihat dengan
jelas. Bahwa prinsip-prinsip metafisi objek menyingkapkan dirinya sendiri
kepada kita dalam prosedur ilmu secara lamban didasarkan pada sifat khusus
intelek kita yang tidak dicirikan oleh visi ruhani terhadap realitas tetapi
oleh berpikir.
c. Ilmu
tidak memerlukasn kepastian lengkap berkerkenaan dengan masing-masing penalaran
perorangan sebab ilmu dapat memuat didalamnya dirinya sendiri
hipotesis-hipotesis dan teoro-teori yang belum sepenuhnya dimantapkan.
d. Dipihak
lain yang sering kali berkaitan dengan konsep ilmu adalah ide bahwa
metode-metode yang berhasil dan hasil-hasil yang terbukti pada dasarnya harus
terbuka kepada semua pencari ilmu.
e. Ciri
hakiki lainnya adalah metodologi sebab kaitan logis yang dicari dalam ilmu
tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak
pengamatan dan ide yg terpisah-pisah. Sebaliknya ilmu menuntut pengamatan dan
berpikir metodis.
f.
Kesatuan setiap ilmu bersumber didalam
kesatuan objeknya teori skolastik
mengenai ilmu membuat pembedaaan antara objek material dan objek formal yang
terdahulu adalah objek konkret yang disimak ilmu sedangkan yg belakang adalah
aspek khusus atau sudut pandang terhadap objek material.
Sedangkan menurut buku
filsafat ilmu karya Jerome secara epistimologis para filsuf ilmu telah
menganalisis dan mengevaluasi konsep-konsep serta metode-metode umum yang
mencirikan seluruh penelitian ilmiah beserta hal-hal yang lebih khusus yang
membedakan pokok masalah-masalah ilmu-ilmu khusu yang berbeda-beda. Dalam
menangani epistemik yang muncul diseputar ilmu dan prosedur-prosedur ilmiah,
tulisan ini menekankan pertimbangan istilah-istilah umum, konsep-konsep dan
metode-metode khas misalnya sosiologi, fisiologi atau fisika kuantum yang
didiskusikan ditempat lain.
Karena cangkupan permasalahannya sangat
luas filsfat ilmu telah menarik perhatian orang dari latar belakang dan
minat-minat profesional yang sangat berbeda-beda.
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU
Ilmu dalam peradaban yunani
Menurut buku karya Jerome R. Ravertz :
Kemunculan science eropa
dianggap bermula dari para filsuf negara-negara kota yunani yang mendiami
pantai dan pula-pulau mediterranian timur diakhir abad ke-6 dan ke-5 SM karya mereka hanya dikenal melalui
cuplikan-cuplikan singkat yang dibuat oleh para pengarang yang hidup belakangan
mungkin setelah ratusan tahun . dengan menyeleksi cuplikan-cuplikan itu para
pengarang tampak lebih rasional dan lebih ilmiah daripada hanya sekedar
pembenaran.
Masih terlihat
perbedaan-perbedaan mencolok diantara bangsa-bangsa terkemuka berkenaan dengan
pernyataan-pernyataan dan gaya penelitian. Di Inggris terlihat jelas tiadanya
lembaga-lembaga yang memberi pekerjaan kepada peneliti, sehingga tradisi
gentlemen amateur berlangsung lebih lama daripada ditempat lain. Di Jerman ilmu-ilmu
alam mempunyai andil dalam memunculkan sistem universalitas yang standar dan
bergengsi. Disana pengajaran dipadukan dan untuk pertama kalinya didirikan
Laboratorium pelatihan penelitian yaitu oleh ahli kimia Jerman, Justus Von
Liebig dan sekolahnya.
Sedangkan menurut buku karya Prof. Dr. Amsal
:
Orang yunani awalnya sangat percaya pada
dongeng dan takhayul tetapi lama kelamaan terutama setelah mereka mampu
membedakan yang riil dengan yang ilusi mereka mampu keluar dari kungkungan
mitologi dan mendapatkan dasar pengetahuan ilmiah. Iniah awal manusia menggunakan
rasio untuk meneliti dan sekaligus mempertanyakan dirinya dan alam jagad raya.
Pengaruh positif gerakan
kaum sofis cukup terasa karena mereka membangkitkan semangat berfilsafat,
mereka juga membangkitkan jiwa humanisme. Ilmu juga mendapat ruang yang sangat
kondusif dalam pemikiran kaum sofis karena mereka memberi ruang untuk
berspekulasi dan sekaligus merelatifkan teori ilmu, sehingga muncul sintesa
baru. Dalam filsafat ilmu pandangan relatif tentang kebenaran menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari proses mencari ilmu. Karena itu ilmu itu terbatas
tetapi proses mencari ilmu itu tidak terbatas.
Namun para filosof setelah kaum sofis tidak setuju
dengan pandangan tersebut seperti Socrates,
Plato, dan Aristoteles. Mereka
menolak relativisme kaum sofis. Menurut mereka ada kebenaran objektif yang
bergantung kepada manusia. Socrates membuktikan adanya kebenaran objektif itu
dengan menggunakan metode yang bersifat praktis dan dijalankan melalui
percakapan sehingga metode yang digunakannya biasa disebut metode dialog,
karena dialog mempunyai peranan penting dalam menggali kebenaran yang objektif.
Socrates berpendapat bahwa ajaran dan kehidupan adalah satu dan tak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu dasar dari penelitian dan
pembahasan adalah pengujian diri sendiri. Bagi socrates pengetahuan yang sangat
berharga adalah pengetahuan tentang diri sendiri. Semboyan yang paling
digenarinya adalah apa yang tertera pada kuil Delphi yaitu “kenali lah dirimu sendiri.“
PERKEMBANGAN
ILMU DI MASA ISLAM
Didalam buku filsafat
ilmu karya Prof. Dr. Amsal itu lebih membahas secara rinci mengenai perkembangan ilmu zaman islam daripada buku
filsaafat ilmu karya jerome. Jerome hanya mengungkapkan bahwa kontak antara
islam dan eropa latin sebagian besar melalui spanyol dimana orang-orang kristen
dan yahudi dapat bertindak sebagai perantara dan penerjemah. Abad ke-12
menunjukkan adanya suatu program penerjemahan besar-besaran karya-karya
berbahasa Arab kedalam bahsaa latin mula-mula dibidang Astrologi dan Magis dan
kemudian dibidang kedokteran dan akhirnya dibidang filsafat dan ilmu. Dibuku
filsafat ilmu karya Prof. Dr. Amsal dijelaskan perjalanan ilmu dan juga
filsafat didunia islam dan dasarnya terdapat upaya rekonsiliasi dalam arti mendekatkan
dan mempertemukan dua pandangan yang
berbeda bahkan sering sekali ekstrim
antara pandangan filsafat yunani seperti plato dan aristoteles dengan
pandangan keagamaan dalam islam yang seringkali menimbulkan
benturan-benturan. Fiqih adalah
ilmu pertama yg dikembangkan oleh umat islam keempat sumbernya yang utama adalah
Al-Qur’an , sunnah ijma’ dan qiyas merupakan sumber ilmu yang tetap.
2.
Buku FILSAFAT
PENDIDIKAN MASA DEPAN karya Dr. Saifur Rohman, M.Hum., M.Si. dengan FILSAFAT ILMU karya Jerome R. Ravertz
Pada
buku filsafat pendidikan masa depan itu lebih membahas mengenai bagaimana
kehidupan dimasa depan di Indonesia sedangkan filsafat ilmu lebih membahas
mengenai sejarah ilmu dan ruang lingkupnya.
Menurut
buku karya Dr. Saifur Rohman dan Agus wibowo dalam bahasa filsafat asas yang
mendasar dalam pemeriksaan filsafat dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Objek
Setiap pembicaraan filsafat tentulah memiliki
objek yang dibicarakan.
b. Epistimologi
Setiap pembicaraan filsafat memiliki
cara-cara membnetuk pembicaraan itu menjadi satu sistem pandangan. Pandangan
itu biasanya disebut konsep. Epistimologi akan berusaha mencari tahu bagaimana
objek-objek itu disusun melalui teknik-teknik tertentu seperti general
kategorial, reflektif ataupun campuran dari ketiganya.
c. Metafisika
Setiap pembicaraan memiliki
landasan-landasan yang dijadikan titik tolak membangun konsep. Landasan ini
biasanya berisi asumsi-asumsi yang merangkum segala-galanya. Metafisika
melahirkan hakikat darigejala-gejalanya.
Dalam buku Filsafat
pendidikan masa depan dibahas mengenai posmodernisasi
pendidikan sedangkan dalam buku filsafat ilmu karya jerome tidak dibahas
mengenai hal itu. Lalu apa itu posmodernisasi?
Menurut penjelasan dari buku filsafat ilmu pendidikan bahwa yang dimaksud posmodernisasi adalah masa setelah masa
modern. Yang digambarkan dengan masa kegelapan di Eropa (The Dark Middle Age) abad pertengahan (1500-an) kemudian disusul dengan
pasca pencerahan (1600-an) ditandai dengan abad reformasi di jerman.
Konsep posmodern itu sendiri mengandung
pengertian yang berbeda. Madzab frankurt
di jerman berpandangan bahwasannya konsep posmodern merupakan perpanjangan
tangan dari konsep modern. Dalam bahasa juru bicaranya Jurgen habermas dikatakan bahwa posmodern
merupakan “proyek yang belum selesai” artinya konsep-konsep yang menjadi ciri khas
modern masih tetap dipergunakan yakni akal sehat (Rene Descartes), industrialisasi (Karl Marx), positifisme dalam ilmu-ilmu sosial (Auguste Comte).
Sebaliknya tokoh prancis yang bernama Jean Francois Lyotard berpandangan bahwa
konsep posmodernisasi merupakan penolakan terhadap prinsip modern.
Didalam buku filsafat pendidikan amsa
depan juga dibahas mengenai aksiologi pendidikan, disana dikatakan bahwa Ki
Hajar Dewantara membedakan antara pengajaran dengan pendidikan. Bila pendidikan
adalah disiplin batin maka pengajaran adalah disiplin lahir. Kutipan langsung
pendapat beliau adalah sebagai berikut ini “
pengaruh pengadjaran itu umumnja memerdekakan manusian pendidikan.”
Menurutnya manusia merdeka adalah hidup lahir dan batin dan tidak tergantung
kepada orang lain. Tetapi berdiri atas kekuatan kekuatan sendiri. Dalam
penyelenggarakan pendidikan sistem keuangan pendidikan mestinya dikelola secara
mandiri untuk mencapai tujuan-tujuan kemanusiaan, tetapi menurut saya saat ini
belum seutuhnya terlaksana karena pendidikan saat ini masih kurang perhatian
baik dari pemerintah maupun dari rakyat nya sendiri.
Ki Hajar Dewantara, jika dilihat dari filsafat
pendidikannya mengikuti teori konvergensi. menurutnya ada bagian
dasar peserta didik yang dapat diubah dan ada juga yang tidak dapat diubah.
Yang dapat diubah adalah intelektualitasnya sementara bagian dasar yang tidak
dapat diubah adalah kondisi dasar kejiwaan. Untuk mencapai pendidikan tersebut
menurut Ki Hajar Dewantara, standar pendidikan paling tidak memiliki lima jenis
:
1. Ilmu
hidup batin manusia (psikologi)
2. Ilmu
hidup jasmani (fisiologi)
3. Ilmu
kesopanan (etika atau moral)
4. Ilmu
keindahan atau ketertian (estetika)
5. Ilmu
pendidikan (cara-cara pendidikan)
Lima jenis ini merupakan prasyarat sebuah
pendidikan.
Sedangkan dalam buku
filsafat ilmu karya Jerome tidak dijelaskan secara tersurat tentang asas-asas
itu tetapi secara tersirat. Didalam buku Jerome dijelaskan bahwa disepanjang
perkembangan filsafat topik yang digeluti oleh mereka (seandainya hidup
sekarang akan disebut filsuf ilmu) terbagi atas dua jenis utama yaitu ontologis
atau ontal dan epistimologis atau epistemik. Pembagian ini mencerminkan
perbedaan yang telah berlangsung lama antara objek dan subjek yaitu antara
alam yang diperhatikan manusia untuk mendapatkan pengetahun ilmiah dengan
manusia itu sendiri yang dianggap sebagai pencipta serta penemu atau pemilik
pengetahuan tersebut. Sejak tahun 1920 arah baru dalam fisika itu sendiri
khususnya dalam mekanika kuantum telah meragukan setiap pembagian yang ketat
dan terburu-buru antara yang mengetahui dengan yang diketahui atau antara
pengamat dengan yang diamati. Walau demikian perbedaan itu masih relevan
pada tingkat yang lazim dan masih dapat dipertahankan secara hati-hati untuk tujuan-tujuan
penjelasan awal.
Keasyikan ontologi para filsuf ilmu kerap tumpang
tindih dengan bidang-bidang ilmu itu sendiri karena mereka telah berhubungan
dengan persoalan umum. Karena diterapkan pada kasus-kasus partikular masalah
umum ini mau tak mau memunculkan pertanyaan-pertanyaan mengenai substansi dan
juga metode intelektual. Di awal abad ke-20 perdebatan antara dua orang fisikawan
austria, yaitu Ernst Mach dan Ludwig Boltzamn denagn seorang kimiawan
fisik jerman yaitu Wilhelm ostwald, tentang eksistensi dan realitas atom misalnya
mencagkup baik isu-isu substantif mengenai fisika maupun isu-isu filosofis
mengenai jenis analisis yang lebih ketat. Tumpang tindih serupa tak dapat
terhindarkan juga dalam ilmu-ilmu sosial dan biologis yaitu mengenai eksistensi
dan status agen-agen atau entitas-entitas yang sangat vital dan sosial.
Perhatian epistimologi dalam masalah itu telah lebih bersifat filosofis
murni dalam karakternya, meskiun otonominya kini ditantang oleh
perkembangan-perkembangan dibidang psikologi yang menyelidiki dan bereksperimen
dengan proses kognitif dan lainnya oleh sosiologi yang mempelajari
pengkondisian kognisi melalui hubungan- hubungan antar pribadi dan kelompok.
Secara epistimologis para filsuf ilmu
telah menganalisis dan mengevaluasi konsep-konsep serta metode-metode yang
dipakai dalam mempelajari fenomena alamiah dan prilaku manusia itu apakah bersifat
individual atau kolektif.
Beda orang beda cara berpikirnya dalam
mendekati filsafat ilmu.
3.
Buku FILSAFAT ILMU karya Dr. Idzam
Fautanu, MA. Dengan buku FILSAFAT ILMU karya Jerome R. Ravertz
Menurut
buku filsafat ilmu karya Dr. Idzam Fautanu, MA. Salah satu tokoh filsafat islam
yaitu Ibnu Rusyd. Buku-buku Beliau mengenai filsafat Aristoteles banyak
diterjemahkan kedalam bahasa latin dan berpengaruh bagi para ahli pikir eropa.
Sehingga dieropa terdapat aliran Averroism. Menurut aliran ini filsafat
mengandung kebenaran sedangkan agama dan wahyu membawa hal-hal yang tidak
benar. Pendapat ini mungkin bersumber dari Ibnu Rusyd. Kekeliruan ini timbul
dari kesalahpahaman penulis Barat tentang tafsiran Ibnu Rusyd terhadap filsafat
Aristoteles.
Hingga kini dapat diketahui bahwa
filsafat kristen banyak terpengaruh oleh filsafat islam, ini berakar pada tahun-tahun
aterakhir abad ke-12 disaat orang lain mulai kontak dengan Arab melalui
utusan-utusan mereka ke Sisilia dan Andalusia. Pengaruh ini tampak jelas dan
kuat pada abad ke-13 dan merambat hingga zaman Renaisance.
Saya
pribadi kurang setuju dengan pernyataan tersebut kalau agama dan dan wahyu
membawa hal-hal yang tidak benar justru agama lah yang mengandung kebenaran.
Sedangkan dalam buku Filsafat ilmu
karya Jerome dijelaskan bahwa antara tahun 1600 sampai tahun 1800 perdebatan
dalam filsafat ilmu hampir tak dapat dipisahkan dari perdebatan dalam ilmu itu
sendiri. Sejak Bacon dan Galileo melalui Descartes dan Leipniz hingga Laplace
dan Kant semua peserta utama perdebatan filsafat memainkan peranan penting
dipentas ilmiah. Demikianlah Francis Bacon, pengarang metode induksi yang
seksama dan Rene Descartes keduanya memikirkan tujuan intelektual yang sama yaitu
merumuskan secara eksplisit suatu metode baru dalam intelek yaitu dengan cara
menyusun prosedur-prosedur rasional ilmu dalam cara yang membebaskannya dari
asumsi-asumsi yang sewenag-wenang tak beralasan atau takhayul dan
mendasarkannya pada cara yang tak tergoyahkan dalam konsep-konsep yang bersifat
jelas dan terpilah-pilah atau shahih secara nyata.
Yang pasti keduanya menawarkan resep
yang berbeda bagi terbentuknya sebuah ilmu yang rasional dan melukiskan hasil
penyelidikan ilmiah dengan istilah-istilah yang sangat berbeda. Disatu sisi
Bacon sibuk dengan pengamatan-pengamatan fakta-fakta secara empiris sebagai
titik tolak bagi semua ilmu dan menerima teori sejauh itu berasal dari
fakta-fakta. Berbeda dengan apa yang disebut induksi Baconian. Descartes
berfokus pada persoalan penyusunan sistem-sitem deduktif yang koheren dan
konsisten dalam teori yang didalam nya argumen akan diteruskan dengan jaminan
formal yang lazim dalam geometri Euklidean. Sementara Bacon bereaksi
terhadap ketergantungan skolastik pada otoritas aristoteles dengan meminta agar
manusia kembali kepada pengalaman langsung. Descartes bereaksi terhadap
skeptisisme abad ke-16 yang dianut oleh para humanis dengan mengacu kepada
matematika sebagai pola bagi setiap pengetahuan mengenai sejati alam.
Argumen-argumen Bacon dan Descartes benar-benar
merupakan manifesto, keduanya menawarkan program-program intelektual bagi
sebuah ilmu alam yang hendak dibangun dan semetara itu memang benar bahwa
selama 150 tahun kemudian Galileo, Newton dan banyak ilmuan lain benar-benar
menyusun ilmu fisika baru yang dianjurkan oleh para filsuf. Bentuk teori yang
dihasilkan pun sesuai dengan yang dianjurkan oleh para filsuf sekalipun tidak
sama persis dengan apa yang semula diramalkan.
Sementara dibuku filsafat ilmu karya
Dr. Idzam Fautanu, MA. Menjelaskan tentang kehidupan Descartes secara lebih
detail dan sedikit berbeda dengan yang dijelaskan dalam buku filsafat ilmu
karya jerome. Descartes dianggap sebagai bapak filsafat modern menurut Bertrand
Russel. Descartes lahir di la- haye prancis pada tahun 1596. Dari tahun 1616-1628
Descartes banyak melakukan pengalaman dari satu negeri ke negeri lain, dia
masuk tiga dinas ketentaraan berbeda. Rene descartes semasa hidupnya telah
memberikan kontribusi penting terhadap perkembangan filsafat. Metode-metode
yang dia gunakan merupakan langkah awal lahirnya pemikiran filsafat modern.
Tahap-tahap pemikiran Descartes
untuk mencari kebenaran sejati dimuali dengan langkah-langkah yang menurut
polos dan jernih. Kemudian ia meneliti sejumlah besar pendapat-pendapat yang
keliru (menurutnya) yang umumnya sudah disepakati oleh orang. Ia memulai dengan
cara meragukan apa saja, meragukan kepercayaan, meragukan pendapat yang sudah
berlaku, meragukan eksistensi alam diluar dunia dan bahkan meragukan
eksistensinya sendiri. Tahap pertama ini juga merupakan langkah awal landasan
cagitonya. Ia berpikir setiap benda yang ia tahu melalui panca inderanya adalah
benar-benardiragukan keberadaannya meskipun dia sendiri menyadari bahwa mungkin
akal akan menipunya bahkan ia meragukan apakah tubuh dan tangan itu miliknya.
Kemudian berpikir bagaimana ia tahu bahwa ia sedang tidur dan bermimpi. Karena
antara keadaan sadar denagn mimpi tidak ada perbedaan atau batas yang
benar-benar tegas dan jelas.
Langkah selanjutnya Descartes mulai berpikir
kembali adakah suatu benda yang benar-benar ada yang tidak dapat lagi diragukan
keberadaannya. Descartes mendapat kepastian bahwa ia adalah sesuatu yang
berpikir. Dari sinilah ia menjadikannya dasar untuk membangun pengetahuan.
Argumennya tentang eksistensi tuhan dimulai dengan kesadaran akan dirinya
sendiri sebagai yang ada yang keraguannya tidak sempurna, namun mampu membuat
gagasan tentang tuhan sebagai wujud yang sempurna dan gagasan yang sempurna ini
menurutnya hanya dapat berasal dari wujud yang sempurna karena itu Tuhan pasti
ada sebagai sumbernya.
Untuk itu Descartes dalam meneliti sesuatu senantiasa
berangkat dari keraguannya. Dari keraguan tersebut ia mengetahui bahwa dasar
pemikiran yang harus dipakainya adalah akal hingga ia mendapat kepastian yang
memuaskan dirinya. Namun rasionalisme yang ia kembangkan meskipun berawal dari objektifitas
telah menimbulkan subjektifisme dan relativisme.
4.
Buku
FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN karya Prof.
Kornad Kebung, Ph. D. Dengan buku FILSAFAT
ILMU karya Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, MA.
Didalam
buku filsafat ilmu karya Kornad saya menemukan pertentangan pendapat
antara Karl Raimund Popper dengan Thomas S. Kuhn. Menurut Kuhn filsafat
ilmu seharusnya berguru pada sejarah ilmu baru, Popper dituduh menjungkirbalikkan
kenyataan dengan terlebih dahulu menguraikan terjadinya ilmu empiris
melalui hipotesis yang diikuti falsifikasi. Setetlah itu baru ia mengambil
contoh-contoh dalam sejarah ilmu pengetahuan sebagai bukti untuk membela
anggapannya. Menurut Kuhn kita harus berguru pada sejarah ilmu sebagai titik
pangkal semua penelitian. Dengan ini filsafat ilmu lebih mendekati kenyataan
ilmu dan aktivitas ilmiah yang sesungguhnya. Baginya kemajuan ilmiah
pertama-pertama bersifat revolusioner. Konsep utama kuhn adalah paradigma (pola
atau contoh). Paradigma adalah cara pandang terhadap dunia dan contoh-contoh
prestasi atau praktik ilmiah konkret.
Kemudian Popper memiliki
catatan-catatan yang berisikan 2 asumsi normatif nyata dan diskusi-diskusinya
adalah sebagai berikut :
1. Sains
memilikin tujuan khusus yang tidak bisa menyerap secara detail dalam pengetahuan
kita untuk menyelesaikan soal-soal kecil atau memfasilitasi produksi
perlengkapan-perlengkapan yang berguna secara teknologis. Tujuan utama sains
adalah menghasilkan hipotesis-hipotesis yang kuat yang memperluas wawasan
pengetahuan kita tentang sifat-sifat yang amat umum dari dunia
2. Ilmu
harus diarahkan sedemikian rupa untuk memajukkan kritik nasional atas
asumsi-asumsi betapapun itu asumsi yang fundamental. Amat mungkin kita
menciptakan suatu ilmu yang sangat dogmatik dan otoritarian, namun itu tidak
cocok dengan nilai-nilai ideal dari ilmu dan tentu peradaban kita pada umumnya
Thomas Kuhn menentang gambaran
pertumbuhan ilmiah dari popper dan asumsi-asumsi dibaliknya. Kuhn sebaliknya
mengklaim bahwa prosedur-prosedur yang digunakan ilmuan dan orang lain untuk
memperluas pengetahuan bukannya hukum-hukum umum yang tepat untuk menilai
keuntungan-keuntungan relatif dari teori-teori. Semuanya itu merupakan kerangka
-kerangka prosedur dan asumsi yang saling berhubungan, yang amat kompleks dan
sulit dan karena itu semuanya hanya dapat digapai dengan cara cermat memahami
unsur-unsur khusus pencapain-pencapain ilmiah dan lewat penelitian-penelitian
ilmiah. Dalamnya kita terapkan apa yang telah kita pelajari dari unsur-unsur
itu. Kalau kita coba mengartikulasikan apa yang menuntun riset sebagai
hukum-hukum umum yang tepat kita akan
ciptakan hukum-hukum implisit yang tidak akan mengarahkan para ilmua untuk
memajukan pengetahuan. Lebih dari itu asumsi dan prosedur yang dipelajari para
ilmuwan melalui pemahaman instan pencapaian ilmiah tidak bisa secara pas
didukung atas dasar standar-standar bersama dan lebih fundamental. Semua ini
membentuk argumentasi dan persepsi dalamsuatu disiplin ilmiah. Oleh karena itu,
tidak ada yang lebih mendasar untuk dirujuk.
Sedangkan dalam buku filsafat ilmu
karya Amsal salah satu metode ilmu pengetahuan adalah metode duduktif. Didalam metode itu Popper berpendapat bahwa ia
tidak pernah menganggap bahwa kita dapat membuktikan kebenaran-kebenaran teori
dari kebenaran pernyataan-pernyataan yang bersifat tunggal. Popper tidak pernah
menganggap bahwa berkat kesimpulan-kesimpulan yang telah diverifikasikan,
toeri-teori dapat dikukuhkan sebagai benar atau bahkan hanya mungkin benar.
Contoh : jika penawaran besar maka harga akan turun, karena penawaran beras
besar maka harga beras akan turun.
Baik dalam buku filsafat ilmu
pengetahuan karya Prof. Kornad kebung, Ph. D. Maupun buku filsafat ilmu karya
Prof. Dr. Amsal Bakhtiar M.A. disana dibahas mengenai asal-usul ataupun sumber
pengetahuan. Ada persamaan dan ada pula perbedaan yang terdapat di kedua buku
itu. Persamaannya adalah sumber pengetahuannya itu sama-sama berjumlah 4. Yang
membedakan ialah point-point nya, kalau dibuku filsafat ilmu pengetahuan karya
Kornad mengenai sumber pengetahuan dijelaskan yaitu Rasionalisme, Empirisme, Kritisisme, dan Positivisme. Sedangkan
dalam buku filsafat ilmu karya Amsal dijelaskan sumber nya itu adalah Realisme, Empirisme, Intuisi dan Wahyu.
Jadi
perbedaanya terletak pada 2 sumber lain yang atara
buku yang satu dengan buku yang lain itu berbeda. Saya akan menjelaskan perbedaan
itu.
Yang pertama buku karya Kornad, saya
akan menjelaskan tentang sumber pengetahuan yang berbeda itu, sumber
pengetahuan :
1. Kritisisme
Sebagai sintesi atas dua pandangan dasar
yaitu Rasionalisme dan Empirisme dapat dikatakan bahwa kedua aliran ini
sama-sama benar dan sama-sama keliru. Keduanya bersifat terlalu ekstrim.
Rasionalisme sangant tidak percaya akan daya pengalaman dan pengamatan
inderawi. Demikian juga sebaliknya kaum Empirisme sangat tidak percaya akan
kekuatan rasio, kendati mereka masih memberikan tempat dan porsi yang cocok
untuk akal budi. Sintese atas dua pnadangan ini sudah dimulai sejak Aristoteles
yang kemudian sangat ditekankan oleh Immanuel Kant. Kant mendamaikan kedua
aliran ini, dan ia mengajukan hanya satu dunia yaitu dunia yang kita alami.
Mangalami dunia dan berpikir tentang dunia adalah saling bekaitan. Dalam akal
budi sudah ada kondisi-kondisi atau faktor-faktor penting yang menentukan
bagaimana kita menangkap dunia disekitar kita.
Menurut Kant manusia memiliki bakat untuk
mengetahui sesuatu. Ia gunakan model tertentu dalam mengamati sesuatu dalam
alam semesta, ia juga mendamaikan penggunaan metode induksi dan deduksi. Untuk
bisa menangkap sesuatu sudah dapat diandaikan bahwa kita memiliki konsep atau
pemahaman tertentu. Juga tidak benar jika sejak kelahiran seorang manusia sudah
memiliki pengetahuan a priori dalam
benaknya. Ia justru tahu tentang benda lewat pengalaman dan pengajaran dari
orang lain.
2. Positivisme
Positivisme selalu berpangkal pada apa
yang telah diketahui yang faktual dan positif. Semua yang diketahui secara
positif adalah semua gejala atausesuatu yang tampak. Karena itu mereka menolak
metafisika. Yang paling penting adalah pengetahuan tentang kenyataan dan
menyelidiki hubungan-hubungan antar kenyataan untuk bisa memprediksi apa yang terjadi
dan apa yang akan terjadi dikemudian hari. Dan bukannya mempelajari hakikat atau
makna dari semua kenyataan itu. Tokoh utama Positivisme ini adalah Auguste Comte, ia membagi perkembangan
pemikiran manusia dalam tiga tahap yaitu tahap Teologis, tahap Metafisis dan
tahap Ilmiah (positif).
Pada
tahap-tahap Teologis orang
mengarahkan rohnya kepada hakikat batiniah segala sesuatu, sebab pertama dan
tujuan terakhir segala sesuatu. Disini orang masih mengakui adanya sesuatu yang
mutlak yang berada dibalik sesuatu.
Tahap
Metafisis, dilihat sebagai suatu
perwujudan perubahan dari tahap Teologis. Kekuatan adikodrati diganti dengan
kekuatan-kekuatan yang disatukan dalam sesuatu yang bersifat umum yang disebut
kosmos atau alam, yang dilihat sebagai pengasal segala sesuatu yang ada.
Tahap
positif adalah tahap dimana orang
berpendirian untuk tidak lagi mengenal atau mengetahui yang mutlak baik
pengenalan Teologis maupun pengenalan Metafisis. Ia tidak memiliki kepedulian
untuk mencari tahu dan percaya apa yang disebut hakikat dunia yang
melatarbelakangi segala sesuatu. Sekarang orang mengarahkan diri pada
hukum-hukum kosmis yang tampakdalam berbagai gejala dan fakta konkrit kehidupan
melalui pengamatan inderawi dan akalnya.
Selain semua aliran berpikir tadi,
pengetahuan juga dapat diperoleh melalui metode ilmiah.
Sedangkan dalam buku filsafat karya Amsal
2 sumber lain yang berbeda dengan buku karya Kornad Kebung adalah :
1. Intuisi
Menurut Henry Bergson intuisi adaalh hasil
dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan imsting
tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini
memerlukan suatu usaha. Ia juga menyatakan bahwa intuisi adalah suatu
pengetahuan yang langsung yang mutlak dan bukan pengetahuan yang nisbi.
Menurutnya
intuisi sifat lahiriah pengetahuan simbolis yang pada dasarnya bersifat
analisis, menyeluruh, mutlak dan tanpa dibantu oleh penggambarab secara
simbolis. Karena itu intuisi adalah sarana untuk mengetahui secara langsung dan
seketika. Analisis dan pengetahuan yang diperoleh lewat pelukisan tidak dapat
menggantikan hasil pengenalan intuisi.
Ada
sebuah isme lagi yang barangkali mirip dengan intuisionisme yaitu Ilmuinasionisme.
aliran ini berkembang di kalangan tokoh agama, yang dalam agama islam
disebut ma’rifah yaitu pengetahuan
yang datang dari Tuhan melalui pencerahan dan penyinaran. Pengetahuan tersebut
akan diperoleh oleh orang yang hatinya telah bersih, telah siap, dan sanggup
menerima pengetahuan tersebut.
Adapun
perbedaan antara intuisi dalam filsafat barat dengan ma’rifat dalam islam
adalah kalau intuisi diperoleh lewat perenungan dan pemikiran yang konsisten,
sedangkan dalam islam ma’rifat diperoleh lewat perenungan dan penyinaran dari
Tuhan. Pencerahan dan penyinaran ini dapat dianggap sebagai sumber pengetahuan.
Sebab jika pengetahuan korespondensi melibatkan objek diluar dirinya maka
pengetahuan dengan pencerahan yang diluar harus didahului dengan pengetahuan
tentang dirinya sendiri.
2. Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan
oleh Allah kepada manuisa lewat perantaraan para Nabi. Para Nabi memperoleh
pengetahuan dari Tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan
waktu untuk memperoleh nya. Pengetahuan mereka terjadi atas kehendak Tuhan
semesta. Tuhan mensucikan jiwa mereka dan diterngakaNya pula jiwa mereka untuk
memperoleh kebenaran dengan jalan wahyu.
Wahyu
Allah (agama) berisikan pengetahuan baik mengenai kehidupan seseorang yang terjangkau
oleh pengalaman maupun yang mencangkup masalah transedental, seperti latar
belakang dan tujuan penciptaan manusia, dunia, dan segenap isinya serta
kehidupan diakhirat nanti.
Kepercayaan
ini lah yang merupakan titik tolak dalam agama dan lewat pengkajian selanjutnya
dapat meningkatkan atau menurunkan kepercayaan itu. Sedangkan ilmu pengetahuan
sebaliknya, yaitu dimulai mengkaji dengan riset, pengalaman dan percobaan untuk
sampai kepada kebenaran yang faktual.
5.
Buku FILSAFAT
ILMU PENGETAHUAN karya Prof. Kornad Kebung, Ph. D. dengan buku FILSAFAT ILMU karya Prof. Dr. Idzam
Fautanu, MA
Buku
filsafat ilmu pengetahuan karya Kornad membahas mengenai peranan ilmu dalam perkembangan kebudayaan
Nasional. Sedangkan dalam buku filsafat ilmu karya Idzam itu lebih menceritakan
bagaimana ilmu itu berkembang di Eropa begitu juga dengan para tokoh-tokoh
Eropa yang mengembangkan berbagai teori nya dalam berfilsafat mengenai ilmu.
Namun didalam buku filsafat ilmu pengetahuan karya Kornad juga dibahas megenai
perkembangan pada masa yunani seperti hanya yang dijelaskan dalam buku filsafat
ilmu karya Idzam.
Dalam buku filsafat ilmu pengetahuan
karya Kornad dibahas mengenai kebudayaan nasionalisme, saya akan membahas itu.
Didalam buku ini dijelaskan pendapat menurut Prof. Nugraha Notosusanto. Beliau berpendapat bahwa beliau melihat
kebudayaan nasional sebagai sebagai kebudayaan daerah dan kebudayaan kesatuan.
Kesadaran akan satu kebudayaan nasional berakar dari pengalaman historis bangsa
yaitu kesadaran akan kesamaan nasib, kesatuan yang mencapai puncak pada hari
raya kemerdekaan Indonesia. Sumpah pemuda pada 28 oktober 1928 merupakan
cerminan kesadaran nasional yang pada dasarnya bersumber pada kesadaran akan
persamaan kebudayaan.
Secara singkat dapat diartikan bahwa
kebudayaan nasional merupakan perpaduan seluruh lapisan kebudayaan bangsa
Indonesia yang mencerminkan semua aspek kepribadian bangsa atau totalitas
sikap, kepribadian dan berbagai aspek yang menjelaskan identitas bangsa
Indonesia. Ini termasuk pandangan hidup, filsafat, berpikir serta sikap dan
kepribadian bangsa Indonesia itu sendiri.
Kebudayaan
nasional dan manusia Indonesia
Indonesia akan menjadi bangsa yang
dinamis apabila seluruh karya pembangunan didasarkan pada budaya yang dinamis.
Dinamika kebudayaan dapat terlihat entah kah kebudayaan itu mampu merangsang
pertumbuhan dan perkembangan manusia dan masyarakat Indonesia. Inilah
kebudayaan yang membuka kemungkinan para penganutnya mengungkapkan diri mereka
secara bebas dalam berbagai bentuk. Kebudayaan indonesia harus menjadi ruang
dan waktu bagi penganutnya untuk berprakarsa dan berpikir kreatif untuk
membangun diri dan bangsa. Kebudayaan kita yang sekarang merupakan pengembangan
atau kelanjutan dari kebudayaan tradisional yang kaya makna. Kebudayaan modern
ini bukannya merupakan cangkokan kebudayaan luar pada tubuh kebudayaan
tradisional melainkan merupakan hasil sintesisi kreatif dari berbagai unsur
budaya termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Jelas bahwa kebudayaan
Indonesia modern merupakan perpaduan berbagai unsur kebudayaan tradisional dan
perkembangan-perkembangan terbaru dalam berbagai pola pemikiran, ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan atas semua cara itu terbentuklah jati diri kita
sebagai bangsa yang berbeda tetapi tetap satu dibawah semboyan Bhineka Tunggal
Ika.
Tempat
dan peranan ilmu terhadap kebudayaan Nasional
Pengembangan kebudayaan nasional
sungguh memerlukan nilai-nilai kritis, rasional, logis, objektif dan terbuka
menjunjung kebenaran dan pengabdian yang tinggi. Inilah semua nilai ilmiah yang
mutlak perlu dalam mengembangkan kebudayaan nasional Indonesia. Kebudayaan
adalah sesuatu yang tidak bersifat mati dan statis melainkan selalu berubah
sejalan dengan perubahan dan perkembangan dalam manusia, dan penganut budaya
itu sendiri. Untuk itu kebudayaan yang dinamis perlu didukung oleh pola pikir
ilmiah yang terbuka dan tanggap terhadap perkembangan dan kebutuhan manusia
dalam setiap era sejarah. Endang Daruni
Asdi mengemukakan beberapa langkah sistematik dalam pengembangan kebudayaan
yang bersifat ilmiah ini, yaitu :
1. Ilmu
dan kegiatan keilmuan disesuaikan dengan kebudayaan yang ada dalam masyarakat
kita dengan pendekatan edukatif dan persuasif dan menghindari konflik-konflik,
bertitik tolak pada interpretasi yang ada dalam argumentasi keilmuan.
2. Menghindari
sientisme dan pendasaran terhadap akal sebagai satu-satunya sumber kebenaran.
3. Meningkatkan
integritas keilmuan dan lembaga keilmuan dan melaksanakan dengan konsekuen
kaidah moral kegiatan keilmuan.
4. Pendidikan
keilmuan sekaligus dikaitkan dengan pendidikan moral. Etika dalam kegiatan
keilmuan memiliki kaidah imperatif.
5. Pengembangan
ilmu disertai dengan pengembangan bidang filsafat. Karena itu bidang filsafat
hendaknya diberikan di pendidikan tinggi. Kegitan ilmiah dengan itu tidak lepas
dari kontrol pemerintah atau masyarakat.
Sedangkan di dalam buku filsafat ilmu
karya Idzam lebih membahas mengenai perkembangan ilmu didunia Eropa yang akan
saya jelaskan berikut ini.
Perkembangan
ilmu pada zaman Yunani Kuno
Melalui pendekatan historis ilmu
dipahami melalui perkembangan pemikiran filsafat. Menurut catatan sejarah
filsafat barat mulai berkembang dari yunani. Perkembangan pemikiran ini
menandai bahwa suatu usaha pemikiran manusia untuk mempergunakan akal dalam
memahami segala sesuatu. Pemikiran yunani sebagai embrio atau cikal bakal
filsafat barat, berkembang menjadi titik tolak pemikiran barat abad
pertengahan, modern dan masa berikutnya.
Pemahaman filsafat tidak dapat
dilepaskan dari perjalanan sejarah panjang pemikiran manusia itu sendiri.
Sebagaimana pemikiran manusia pada awalnyamasih diliputi dengan corak berpikir
mitologis. Corak pemikiran ini diwarnai oleh pertimbangan-pertimbangan magis serta
animistik terkait dengan corak kehidupannya sehari-hari. Dalam perkembangan
selanjutnya, manusia mulai berpikir yang lebih rasional dengan disertai
arumentasi-argumentasi logis. Dari sinilah fase awal berpikir secara filosofis,
manusia mulai merumuskan pernyataan-pernyataan logis, dan sistematis terkait
persoalan-persoalan yang tengah dihadapinya.
Filsafat yunani muncul karena
pengaruh mitologi, mistisme, matematika, dan persepsi yang kental dengan
spekulasi-spekulasi sehingga segalanya nyaris tidak jelas dan seakan
mengacaukan pandangan dunia. Kebudayaan mereka kaya dan kreatif, yang selalu
dikelilingi oleh orang-orang yang sportif dan kompetitif. Dari perkembangan
pemikiran inilah mucul beberpa pemikran filosofis pada masa yunani kuno antara
lain adalah Parmindes, xenophannes,
Thales, Aristoteles, Hertklus dan Phytagoras.
Secara umum, karakteristik filsafat yunani kuno adalah rasionalis, yaitu suatu pemahaman
tentang sebuah pengetahuanyang lebih mengutamakan akal (logika). Rasionalisme
itu mencapai puncaknya pada orang-orang sofis yang senang berdebat dan
berorasi. Filsafat pada abad pertengahan adalah suatu arah pemikiran yang
berbeda sekali dengan arah pemikiran masa kuno. Filsafat abad pertengahan
menggambarkan suatu zaman baru di tengah-tengah suatu rumpun bangsa yang hidup
di era “kegelapan” tepatnya dieropa barat. Filsafat yang baru ini disebut
filsafat skolastik.
Sebutan skolastik menggambarkan bahwa ilmu pengetahuan
abad pertengahan tersebut diusahakan dari sekolah-sekolah dan bahwa ilmu itu terkait
dengan tuntutan pengajaran disekolah-sekolah tersebut. Semula skolastik timbul
di biara-biara di gallia selatan itu, pengaruh skolastik sampai ke Irlandia,
Nederland dan jerman. Kemudian skolastik muncul disekoal-sekolah kapittel yaitu
sekolah-sekolah yang dikaitkan dengan gereja.
Didalam buku filsafat ilmu pengetahuan karya Kornad
dijelaskan tentang cabang-cabang utama filsafat
sedangkan didalam buku filsafat ilmu karya Idzam tidak dijelaskan
tentang cabang-canang utama filsafat tetapi disinggung beberapa tema yang sama
namun pengertian dan penyampaian materinya sedikit berbeda.
Di dalam buku filsafat
ilmu karya Kornad ada cabang-cabang utama filsafat yang akan saya jelaskan
berikut ini.
1.
Metafisika
Yaitu
ilmu tentang Being Aqua Being,
disebut juga dengan nama filsafat pertama (first philosophy). Ia berasal dari
kata yunani yaitu meta ta physica,
yang berarti berada dibelakang benda-benda fisik yang bergerak dan
berubah-ubah.
Aristoteles
menggunakan filsafat pertama (proto
philosophia). Juga dikenal sebagai pengetahuan tentang sebab, tentang
hal-hal yang abadi yang tidak bisa digerakkan atau teologi. Metafisika juga
berarti sebuah studi tentang makna, struktur dan prinsip, dari segala sesuatu
yang ada sejauh ada.
Ahli metafisika menolong menunjuukan
asumsi-asumsi metafisis bagi pembentukkan teori atau paradigma ilmu baru.
Peran
metafisika bagi ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut :
a. Metafisika
mengajarkan cara berpikir yang cermat dalam pengembangan ilmu (tak kenal titik
henti). Ia harus siap menjawab berbagai persoalan sulit (enigmatik), soal-soal
ini menuntut alur berpikir yang serius.
b. Ia
menuntut orisisnalitas berpikir yang perlu bagi ilmu. Ia selalu berusaha
menemukan hal-hal baru yang belum pernah terungkap. Sikap ini membawa kita
untuk masuk ke dalam context of discovery dan bukan hanya ke dalam lingkup
pembenaran semata (context of justification).
c. Ia
memberi bahan pertimbangan yang matang bagi pengembangan ilmu, dengan itu
soal-soal yang diajukan memiliki landasan yang kuat.
d. Ia
membuka peluang adanya perbedaan visi dalam melihat realitas sebab tidak ada
kebenaran yang sungguh absolut.
2.
Epistimologi
Berasal
dari bahasa yunani yaitu episteme dan
logos yang berarti ilmu atau studi
tentang pengetahuan. Istilah-istilah yang setara dengan epistimologi adalah :
a. Kriteriologi
: berbicara tentang benar tidak nya pengetahuan.
b. Kritik
pengetahuan (pembahasan kritis tentang pengetahuan)
c. Gnoseologi
(teori tentang pengetahuan)
d. Logika
material : pembahasab logis dari segi isi sedangkan logika formal dari segi
bentuknya.
Objek material
epistimologi adalah pengetahuan. Dan objek formal epistimologi adalah hakikat
pengetahuan.
Ciri-ciri pengetahuan
ilmiah antara lain :
a.
Berlaku umum : berarti jawaban atas
pertanyaan apakah sesuatu itu layak atau tidak tergantung pada faktor-faktor
subyektif.
b.
Mempunyai kedudukan mandiri (otonom).
Faktor-faktor diluar ilmu juga berpengaruh tetapi diusahakan agar tidak
menghalangi perkembangan ilmu secara mandiri.
c.
Punya dasar pembenaran : untuk mencapai
derajat kepastian yang sebesar-besarnya (apriori
dan aposteriori).
d.
Sistematik : harus ada sistem dalam susunan
pengetahuan dan cara-cara memperoleh pengetahuan.
e.
Intersubyektif : kepastian pengetahuan ilmiah
tidak didasarkan pada intuisi-intuisi serta pemahaman-pemahaman secara
subyektif melainkan dijamin oleh sistemnya sendiri.
3.
Aksiologi
Berasal
dari kata axios yang berarti nilai,
sesuatu yang berharga, dan logos
berarti ilmu. Jadi aksiologi adalah disiplin filsafat yang membahas masalah
nilai atau sering disebut juga teori nilai, kodrat atau kriteria dan status
metafisik dari nilai. Aksiologi merupakan
suatu bidang filsafat yang sangat tua dan sudah nampak dalam gagasan-gagasan
plato tentang idea atau forma kebaikan.
Salah satu cabang aksiologi adalah
etika (nilai baik atau buruk). Berikut beberapa pengertian mengenai Etika :
a. Kata
ini bisa digunakan dalam arti atau norma moral yang menjadi pegangan seseorang
atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
b. Kumpulan
nilai moral atau asas (misalnya kode etik)
c. Ilmu
tentang yang baik atau yang buruk. Kalau etika dilihat sebagai ilmu atau
menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis maka itu ia
sama dengan filsafat moral.
Etika berasal dari kata ethos yang berarti watak atau
kebiasaan, cara berkata atau bertindak, dengannya orang lain mengenal siapa saya. Moral berasal dari kata
bahasa latin mos (gen : moris) yang
berarti tata adat atau juga kebiasaan. Yang menjadi objek material etika adalah
tingkah laku atau perbuatan manusia sedangkan objek formalnya adalah kebaikan ,
keburukan atau bermoral tidaknya tingkah laku manusia. Maka perbuatan yang
dilakukan tanpa sadar atau tidak dengan penuh kebebasan, tidak dapat dikenai
penilaian moral atau tidak moral.
Dalam
buku filsafat ilmu karya Idzam dijelaskan tema yang sama dengan yang ada dalam
buku filsafat ilmu pengetahuan karya Kornad tetapi tidak termasuk dalam cabang
utama filsafat melainkan menjadi tema baru dibuku tersebut. Tema itu adalah
Aksiologi dan Epitimologi, berikut penjelasannya :
1. Epistimologi
Menurut Kattsof bahwa ontologi dan
epistimologi merupakan hakikat kefilsafatan, artinya keduanya membicarakan
mengenai kenyataan yang terdalam dan bagaimana mencari makna dan kebenaran.
Sedangkan aksiologi berbicara mengenai masalah nilai-nilai atau etika dalam
kaitannya dengan mencari kebahagiaan dan kedamaian bagi umat manusia.
Secara
etimologis, epistimologi berasal dari bahasa yunani, yaitu epiteme dan logos. Epiteme artinya pengetahuan dan logos biasanya dipakai untuk menunjuk
pengetahuan sistematik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa epistimologi merupakan pengetahuan sistematik tentang ilmu
pengetahuan. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun 1954 yang membuat dua cabang filsafat yakni epistimology dan ontology.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa
epistimologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan mengenai
masalah hakikat pengetahuan. Dengan kata lain epitimologi merupakan disiplin
filsafat yang secara khusus hendak memperoleh pengetahuan. Sedangkan
pengetahuan yang tidak ilmiah adalah masih tergolong pra ilmiah. Dalam hal ini
berupa pengetahuan hasil serapan inderawi yang secara sadar diperoleh baik yang
telah lama maupun yang baru didapat. Disamping itu sesuatu yang diperoleh
secara pasif atau diluar kesadaran, seperti ilham, intuisi, wangsit, atau wahyu
(oleh Nabi). Dengan kata lain pengetahuan ilmiah diperoleh secara sadar, aktif,
sistematis, jelas prosesnya secara prosedural, metodis dan teknis, tidak bersifat
acak, kemudian diakhiri dengan verifikasi atau diuji kebenaran (validitas)
ilmiahnya.
2. Aksiologi
Aksiologi adalah asas mengenai cara
bagaimana menggunakan ilmu pengetahuan yang secara epistimologis diperoleh dan
disusun.
Aksiologis
terdiri dari analisis tentang kepercayaan, keputusan, dan konsep-konsep moral
dalam rangka menciptakan atau menemukan suatu teori nilai. Dengan kata lain
aksiologi merupakan “ilmu” yang memberikan pertimbangan pada sesuatu yang
berharga, berkualitas, bermakna dan bertujuab bagi kehidupan manusia, individu
maupun kelompok. Umumnya orang menimbang nilai dengan kadar baik atau buruk (etika) indah atau jelek (estetika). Karena itu nilai mengarah
pada tindakan untuk membentuk “prefernsi nilai” ( sistem niali atau nilai ).
Demikianlah aksiologi menurut buku
filsafat ilmu karya Idzam, yang terdiri dari kepercayaan, keputusan dan
konsep-konsep moral dalam rangka menciptakan atau menemukan suatu teori nilai.
Itulah
perbedaan dan pertentangan yang dapat saya simpulkan. Intinya filsafat adalah
suatu cara berpikir seseorang yang didasarkan pada logika untuk mencari
kebenaran dan makna dari setiap objek dan subjek yang ada dalam filsafat. Dari
perbedaan dan pertentangan yang sudah saya jelaskan dimateri ini semoga
menambah pengetahuan kita dan menjadi perbandingan kita mengenai Filsafat.
Daftar Pustaka
Jerome
R. Ravertz. Filsafat Ilmu.
Prof.
Kornad Kebung, Ph. D. Filsafat Ilmu Pengtahuan.
Prof.
Dr. Amsal Bkhtiar, MA. Filsafat ilmu.
Dr.
Idzam Fautanu, MA. Filsafat Ilmu.
Dr.
Saifur Rohman, M. Hum., M. Si. Filsafat pendidikan masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar