Minggu, 01 Januari 2017

ARTIKEL TUGAS FILSAFAT PENDIDIKAN

ARTIKEL TUGAS FILSAFAT PENDIDIKAN
MENGANALISIS PERTENTANGAN
Dosen pengampu : Reksa Adya Pribadi, M. Pd.



Disusun oleh :
NAMA          : EVA OKTAVIA
NIM              : 2285160032
JURUSAN    : BIMBINGAN DAN KONSELING
SEMESTER : 1



UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2016


PENDAHULUAN
Ada beberapa buku filsafat yang sudah saya baca seperti FILSAFAT PENDIDIKAN MASA DEPAN karya Dr. Saifur Rohman, M.Hum, M.Si dan Agus wibowo, M.Pd kemudian FILSAFAT ILMU karya Jerome R. Ravertz dan FILSAFAT ILMU karya Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A. dan FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN karya Prof. Kornad kebung, ph. D. Serta FILSAFAT ILMU karya Prof. Dr. Idzam fautanu, MA. Dari beberapa buku yang sudah saya baca itu terdapat beberapa persamaan seperti antara buku FILSAFAT ILMU karya Jerome dengan buku FILSAFAT ILMU karya Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A. yaitu mengenai pengertian ilmu itu sendiri bahwa yang dimaksud dengan ilmu adalah sesuatu yang didapat melalui pelajaran dan pengalaman. Tetapi tidak jarang bahwa dari beberapa buku ini saya juga menemukan berbagai pertentangan dan perbedaan antara buku yang satu dengan buku yang lain serta antara tokoh filsafat yang satu dengan tokoh filsafat yang lain. Berikut ini saya akan sedikit menjelaskan pendapat saya mengenai pertentangan dan perbedaan yang dapat saya simpulkan diantara buku-buku yang sudah saya baca.
PERTENTANGAN :
1.      Buku FILSAFAT ILMU karya jerome R. Ravertz dengan FILSAFAT ILMU karya Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A.
Buku Filsafat ilmu karya Jerome membahas mengenai ruang lingkup bahasa yang dibagi kedalam dua bagian . Bagian pertama membahas tentang sejarah ilmu yang mengkaji bagaimana ilmu dalam peradaban zaman kuno dan abad tengah. Pada zaman itu ilmu yang dikaji adalah ilmu dalam peradaban islam, india, dan jepang.
Bagian kedua baru membahas tentang ilmu yang mengkaji tentang pendekatan umum filsafat ilmu yang menyangkut konseptualisasi dan metodologi ilmu.
            Sedangkan dalam buku Filsafat ilmu karya prof. Dr. Amsal dijelaskan bahwa setiap ilmu itu memiliki dua macam objek yaitu objek material dan objek formal. Cakupan objek filsafat lebih luas dibandingkan dengan ilmu karena ilmu hanya terbatas pada persoalan yang empiris saja sedangkan filsafat mencangkup yang empiris dan non empiris. Menurut buku prof. Dr. Amsal  pengertian ilmu. Ilmu berasal dari bahasa arab ‘alima, ya’ lamu, ‘ilman yang berarti mengerti, memahami benar-benar.


Menurut buku karya Prof. Dr. Amsal :
Beberapa ciri utama ilmu menurut terminologi
a.       Ilmu adalah sebagian pengetahuan yang bersifat koheren empiris sistematis dapat diukur dan dibuktikan berbeda dengan iman yaitu pengetahuan didasarkan atas keyakinan kepada yang gaib serta penghayatan dan pengalaman pribadi.
b.      Berbeda dengan pengetahuan ilmu tidak pernah mengartikan kepentingan pengetahuan satu putusan tersendiri  sebaliknya ilmu menandakan sebuah seluruh kesatuan ide yang mengacu ke objek yang sama dan saling berkaitan secara logis. Karena itu koherensi sistematis objek menyingkapkan dirinya sendiri kepada kita dalam kaitan-kaitan logis yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa prinsip-prinsip metafisi objek menyingkapkan dirinya sendiri kepada kita dalam prosedur ilmu secara lamban didasarkan pada sifat khusus intelek kita yang tidak dicirikan oleh visi ruhani terhadap realitas tetapi oleh berpikir.
c.       Ilmu tidak memerlukasn kepastian lengkap berkerkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan sebab ilmu dapat memuat didalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teoro-teori yang belum sepenuhnya dimantapkan.
d.      Dipihak lain yang sering kali berkaitan dengan konsep ilmu adalah ide bahwa metode-metode yang berhasil dan hasil-hasil yang terbukti pada dasarnya harus terbuka kepada semua pencari ilmu.
e.       Ciri hakiki lainnya adalah metodologi sebab kaitan logis yang dicari dalam ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan dan ide yg terpisah-pisah. Sebaliknya ilmu menuntut pengamatan dan berpikir metodis.
f.        Kesatuan setiap ilmu bersumber didalam kesatuan objeknya  teori skolastik mengenai ilmu membuat pembedaaan antara objek material dan objek formal yang terdahulu adalah objek konkret yang disimak ilmu sedangkan yg belakang adalah aspek khusus atau sudut pandang terhadap objek material.

Sedangkan menurut buku filsafat ilmu karya Jerome secara epistimologis para filsuf ilmu telah menganalisis dan mengevaluasi konsep-konsep serta metode-metode umum yang mencirikan seluruh penelitian ilmiah beserta hal-hal yang lebih khusus yang membedakan pokok masalah-masalah ilmu-ilmu khusu yang berbeda-beda. Dalam menangani epistemik yang muncul diseputar ilmu dan prosedur-prosedur ilmiah, tulisan ini menekankan pertimbangan istilah-istilah umum, konsep-konsep dan metode-metode khas misalnya sosiologi, fisiologi atau fisika kuantum yang didiskusikan ditempat lain.
Karena cangkupan permasalahannya sangat luas filsfat ilmu telah menarik perhatian orang dari latar belakang dan minat-minat profesional yang sangat berbeda-beda.

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU

Ilmu dalam peradaban yunani
Menurut buku karya Jerome R. Ravertz :
Kemunculan science eropa dianggap bermula dari para filsuf negara-negara kota yunani yang mendiami pantai dan pula-pulau mediterranian timur diakhir abad ke-6 dan ke-5 SM karya mereka hanya dikenal melalui cuplikan-cuplikan singkat yang dibuat oleh para pengarang yang hidup belakangan mungkin setelah ratusan tahun . dengan menyeleksi cuplikan-cuplikan itu para pengarang tampak lebih rasional dan lebih ilmiah daripada hanya sekedar pembenaran.
Masih terlihat perbedaan-perbedaan mencolok diantara bangsa-bangsa terkemuka berkenaan dengan pernyataan-pernyataan dan gaya penelitian. Di Inggris terlihat jelas tiadanya lembaga-lembaga yang memberi pekerjaan kepada peneliti, sehingga tradisi gentlemen amateur berlangsung lebih lama daripada ditempat lain. Di Jerman ilmu-ilmu alam mempunyai andil dalam memunculkan sistem universalitas yang standar dan bergengsi. Disana pengajaran dipadukan dan untuk pertama kalinya didirikan Laboratorium pelatihan penelitian yaitu oleh ahli kimia Jerman, Justus Von Liebig dan sekolahnya.  

Sedangkan menurut buku karya Prof. Dr. Amsal :
 Orang yunani awalnya sangat percaya pada dongeng dan takhayul tetapi lama kelamaan terutama setelah mereka mampu membedakan yang riil dengan yang ilusi mereka mampu keluar dari kungkungan mitologi dan mendapatkan dasar pengetahuan ilmiah. Iniah awal manusia menggunakan rasio untuk meneliti dan sekaligus mempertanyakan dirinya dan alam jagad raya.
Pengaruh positif gerakan kaum sofis cukup terasa karena mereka membangkitkan semangat berfilsafat, mereka juga membangkitkan jiwa humanisme. Ilmu juga mendapat ruang yang sangat kondusif dalam pemikiran kaum sofis karena mereka memberi ruang untuk berspekulasi dan sekaligus merelatifkan teori ilmu, sehingga muncul sintesa baru. Dalam filsafat ilmu pandangan relatif tentang kebenaran menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses mencari ilmu. Karena itu ilmu itu terbatas tetapi proses mencari ilmu itu tidak terbatas.
            Namun para filosof setelah kaum sofis tidak setuju dengan pandangan tersebut seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles. Mereka menolak relativisme kaum sofis. Menurut mereka ada kebenaran objektif yang bergantung kepada manusia. Socrates membuktikan adanya kebenaran objektif itu dengan menggunakan metode yang bersifat praktis dan dijalankan melalui percakapan sehingga metode yang digunakannya biasa disebut metode dialog, karena dialog mempunyai peranan penting dalam menggali kebenaran yang objektif. Socrates berpendapat bahwa ajaran dan kehidupan adalah satu dan tak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu dasar dari penelitian dan pembahasan adalah pengujian diri sendiri. Bagi socrates pengetahuan yang sangat berharga adalah pengetahuan tentang diri sendiri. Semboyan yang paling digenarinya adalah apa yang tertera pada kuil Delphi yaitu “kenali lah dirimu sendiri.“
           

 PERKEMBANGAN ILMU DI MASA ISLAM

Didalam buku filsafat ilmu karya Prof. Dr. Amsal itu lebih membahas secara rinci mengenai  perkembangan ilmu zaman islam daripada buku filsaafat ilmu karya jerome. Jerome hanya mengungkapkan bahwa kontak antara islam dan eropa latin sebagian besar melalui spanyol dimana orang-orang kristen dan yahudi dapat bertindak sebagai perantara dan penerjemah. Abad ke-12 menunjukkan adanya suatu program penerjemahan besar-besaran karya-karya berbahasa Arab kedalam bahsaa latin mula-mula dibidang Astrologi dan Magis dan kemudian dibidang kedokteran dan akhirnya dibidang filsafat dan ilmu. Dibuku filsafat ilmu karya Prof. Dr. Amsal dijelaskan perjalanan ilmu dan juga filsafat didunia islam dan dasarnya terdapat upaya rekonsiliasi dalam arti mendekatkan dan mempertemukan dua pandangan  yang berbeda bahkan sering sekali ekstrim  antara pandangan filsafat yunani seperti plato dan aristoteles dengan pandangan keagamaan dalam islam yang seringkali menimbulkan benturan-benturan. Fiqih adalah ilmu pertama yg dikembangkan oleh umat islam keempat sumbernya yang utama adalah Al-Qur’an , sunnah ijma’ dan qiyas merupakan sumber ilmu yang tetap.

2.      Buku FILSAFAT PENDIDIKAN MASA DEPAN karya Dr. Saifur Rohman, M.Hum., M.Si. dengan FILSAFAT ILMU karya Jerome R. Ravertz
Pada buku filsafat pendidikan masa depan itu lebih membahas mengenai bagaimana kehidupan dimasa depan di Indonesia sedangkan filsafat ilmu lebih membahas mengenai sejarah ilmu dan ruang lingkupnya.
Menurut buku karya Dr. Saifur Rohman dan Agus wibowo dalam bahasa filsafat asas yang mendasar dalam pemeriksaan filsafat dibagi menjadi tiga yaitu :

a.       Objek
Setiap pembicaraan filsafat tentulah memiliki objek yang dibicarakan.
b.      Epistimologi
Setiap pembicaraan filsafat memiliki cara-cara membnetuk pembicaraan itu menjadi satu sistem pandangan. Pandangan itu biasanya disebut konsep. Epistimologi akan berusaha mencari tahu bagaimana objek-objek itu disusun melalui teknik-teknik tertentu seperti general kategorial, reflektif ataupun campuran dari ketiganya.
c.       Metafisika
Setiap pembicaraan memiliki landasan-landasan yang dijadikan titik tolak membangun konsep. Landasan ini biasanya berisi asumsi-asumsi yang merangkum segala-galanya. Metafisika melahirkan hakikat darigejala-gejalanya.
Dalam buku Filsafat pendidikan masa depan dibahas mengenai posmodernisasi pendidikan sedangkan dalam buku filsafat ilmu karya jerome tidak dibahas mengenai hal itu. Lalu apa itu posmodernisasi? Menurut penjelasan dari buku filsafat ilmu pendidikan bahwa yang dimaksud posmodernisasi adalah masa setelah masa modern. Yang digambarkan dengan masa kegelapan di Eropa (The Dark Middle Age) abad pertengahan (1500-an) kemudian disusul dengan pasca pencerahan (1600-an) ditandai dengan abad reformasi di jerman.
Konsep posmodern itu sendiri mengandung pengertian yang berbeda. Madzab frankurt di jerman berpandangan bahwasannya konsep posmodern merupakan perpanjangan tangan dari konsep modern. Dalam bahasa juru bicaranya Jurgen habermas dikatakan bahwa posmodern merupakan “proyek yang belum selesai”  artinya konsep-konsep yang menjadi ciri khas modern masih tetap dipergunakan yakni akal sehat (Rene Descartes), industrialisasi (Karl Marx), positifisme dalam ilmu-ilmu sosial (Auguste Comte).
Sebaliknya tokoh prancis yang bernama Jean Francois Lyotard berpandangan bahwa konsep posmodernisasi merupakan penolakan terhadap prinsip modern.
Didalam buku filsafat pendidikan amsa depan juga dibahas mengenai aksiologi pendidikan, disana dikatakan bahwa Ki Hajar Dewantara membedakan antara pengajaran dengan pendidikan. Bila pendidikan adalah disiplin batin maka pengajaran adalah disiplin lahir. Kutipan langsung pendapat beliau adalah sebagai berikut ini “ pengaruh pengadjaran itu umumnja memerdekakan manusian pendidikan.” Menurutnya manusia merdeka adalah hidup lahir dan batin dan tidak tergantung kepada orang lain. Tetapi berdiri atas kekuatan kekuatan sendiri. Dalam penyelenggarakan pendidikan sistem keuangan pendidikan mestinya dikelola secara mandiri untuk mencapai tujuan-tujuan kemanusiaan, tetapi menurut saya saat ini belum seutuhnya terlaksana karena pendidikan saat ini masih kurang perhatian baik dari pemerintah maupun dari rakyat nya sendiri.
Ki Hajar Dewantara, jika dilihat dari filsafat pendidikannya mengikuti teori konvergensi. menurutnya ada bagian dasar peserta didik yang dapat diubah dan ada juga yang tidak dapat diubah. Yang dapat diubah adalah intelektualitasnya sementara bagian dasar yang tidak dapat diubah adalah kondisi dasar kejiwaan. Untuk mencapai pendidikan tersebut menurut Ki Hajar Dewantara, standar pendidikan paling tidak memiliki lima jenis :
1.      Ilmu hidup batin manusia (psikologi)
2.      Ilmu hidup jasmani (fisiologi)
3.      Ilmu kesopanan (etika atau moral)
4.      Ilmu keindahan atau ketertian (estetika)
5.      Ilmu pendidikan (cara-cara pendidikan)
Lima jenis ini merupakan prasyarat sebuah pendidikan.

Sedangkan dalam buku filsafat ilmu karya Jerome tidak dijelaskan secara tersurat tentang asas-asas itu tetapi secara tersirat. Didalam buku Jerome dijelaskan bahwa disepanjang perkembangan filsafat topik yang digeluti oleh mereka (seandainya hidup sekarang akan disebut filsuf ilmu) terbagi atas dua jenis utama yaitu ontologis atau ontal dan epistimologis atau epistemik. Pembagian ini mencerminkan perbedaan yang telah berlangsung lama antara objek dan subjek yaitu antara alam yang diperhatikan manusia untuk mendapatkan pengetahun ilmiah dengan manusia itu sendiri yang dianggap sebagai pencipta serta penemu atau pemilik pengetahuan tersebut. Sejak tahun 1920 arah baru dalam fisika itu sendiri khususnya dalam mekanika kuantum telah meragukan setiap pembagian yang ketat dan terburu-buru antara yang mengetahui dengan yang diketahui atau antara pengamat dengan yang diamati. Walau demikian perbedaan itu masih relevan pada tingkat yang lazim dan masih dapat dipertahankan secara hati-hati untuk tujuan-tujuan penjelasan awal.
Keasyikan ontologi para filsuf ilmu kerap tumpang tindih dengan bidang-bidang ilmu itu sendiri karena mereka telah berhubungan dengan persoalan umum. Karena diterapkan pada kasus-kasus partikular masalah umum ini mau tak mau memunculkan pertanyaan-pertanyaan mengenai substansi dan juga metode intelektual. Di awal abad ke-20 perdebatan antara dua orang fisikawan austria, yaitu Ernst Mach dan Ludwig Boltzamn denagn seorang kimiawan fisik jerman  yaitu Wilhelm ostwald, tentang eksistensi dan realitas atom misalnya mencagkup baik isu-isu substantif mengenai fisika maupun isu-isu filosofis mengenai jenis analisis yang lebih ketat. Tumpang tindih serupa tak dapat terhindarkan juga dalam ilmu-ilmu sosial dan biologis yaitu mengenai eksistensi dan status agen-agen atau entitas-entitas yang sangat vital dan sosial.
      Perhatian epistimologi dalam masalah itu telah lebih bersifat filosofis murni dalam karakternya, meskiun otonominya kini ditantang oleh perkembangan-perkembangan dibidang psikologi yang menyelidiki dan bereksperimen dengan proses kognitif dan lainnya oleh sosiologi yang mempelajari pengkondisian kognisi melalui hubungan- hubungan antar pribadi dan kelompok. Secara epistimologis para filsuf ilmu telah menganalisis dan mengevaluasi konsep-konsep serta metode-metode yang dipakai dalam mempelajari fenomena alamiah dan prilaku manusia itu apakah bersifat individual atau kolektif.
 Beda orang beda cara berpikirnya dalam mendekati filsafat ilmu.

3.      Buku FILSAFAT ILMU karya Dr. Idzam Fautanu, MA. Dengan buku FILSAFAT ILMU karya Jerome R. Ravertz
Menurut buku filsafat ilmu karya Dr. Idzam Fautanu, MA. Salah satu tokoh filsafat islam yaitu Ibnu Rusyd. Buku-buku Beliau mengenai filsafat Aristoteles banyak diterjemahkan kedalam bahasa latin dan berpengaruh bagi para ahli pikir eropa. Sehingga dieropa terdapat aliran Averroism. Menurut aliran ini filsafat mengandung kebenaran sedangkan agama dan wahyu membawa hal-hal yang tidak benar. Pendapat ini mungkin bersumber dari Ibnu Rusyd. Kekeliruan ini timbul dari kesalahpahaman penulis Barat tentang tafsiran Ibnu Rusyd terhadap filsafat Aristoteles.
            Hingga kini dapat diketahui bahwa filsafat kristen banyak terpengaruh oleh filsafat islam, ini berakar pada tahun-tahun aterakhir abad ke-12 disaat orang lain mulai kontak dengan Arab melalui utusan-utusan mereka ke Sisilia dan Andalusia. Pengaruh ini tampak jelas dan kuat pada abad ke-13 dan merambat hingga zaman Renaisance.
Saya pribadi kurang setuju dengan pernyataan tersebut kalau agama dan dan wahyu membawa hal-hal yang tidak benar justru agama lah yang mengandung kebenaran.

            Sedangkan dalam buku Filsafat ilmu karya Jerome dijelaskan bahwa antara tahun 1600 sampai tahun 1800 perdebatan dalam filsafat ilmu hampir tak dapat dipisahkan dari perdebatan dalam ilmu itu sendiri. Sejak Bacon dan Galileo melalui Descartes dan Leipniz hingga Laplace dan Kant semua peserta utama perdebatan filsafat memainkan peranan penting dipentas ilmiah. Demikianlah Francis Bacon, pengarang metode induksi yang seksama dan Rene Descartes keduanya memikirkan tujuan intelektual yang sama yaitu merumuskan secara eksplisit suatu metode baru dalam intelek yaitu dengan cara menyusun prosedur-prosedur rasional ilmu dalam cara yang membebaskannya dari asumsi-asumsi yang sewenag-wenang tak beralasan atau takhayul dan mendasarkannya pada cara yang tak tergoyahkan dalam konsep-konsep yang bersifat jelas dan terpilah-pilah atau shahih secara nyata.
            Yang pasti keduanya menawarkan resep yang berbeda bagi terbentuknya sebuah ilmu yang rasional dan melukiskan hasil penyelidikan ilmiah dengan istilah-istilah yang sangat berbeda. Disatu sisi Bacon sibuk dengan pengamatan-pengamatan fakta-fakta secara empiris sebagai titik tolak bagi semua ilmu dan menerima teori sejauh itu berasal dari fakta-fakta. Berbeda dengan apa yang disebut induksi Baconian. Descartes berfokus pada persoalan penyusunan sistem-sitem deduktif yang koheren dan konsisten dalam teori yang didalam nya argumen akan diteruskan dengan jaminan formal yang lazim dalam geometri Euklidean. Sementara Bacon bereaksi terhadap ketergantungan skolastik pada otoritas aristoteles dengan meminta agar manusia kembali kepada pengalaman langsung. Descartes bereaksi terhadap skeptisisme abad ke-16 yang dianut oleh para humanis dengan mengacu kepada matematika sebagai pola bagi setiap pengetahuan mengenai sejati alam.
            Argumen-argumen Bacon dan Descartes benar-benar merupakan manifesto, keduanya menawarkan program-program intelektual bagi sebuah ilmu alam yang hendak dibangun dan semetara itu memang benar bahwa selama 150 tahun kemudian Galileo, Newton dan banyak ilmuan lain benar-benar menyusun ilmu fisika baru yang dianjurkan oleh para filsuf. Bentuk teori yang dihasilkan pun sesuai dengan yang dianjurkan oleh para filsuf sekalipun tidak sama persis dengan apa yang semula diramalkan.

            Sementara dibuku filsafat ilmu karya Dr. Idzam Fautanu, MA. Menjelaskan tentang kehidupan Descartes secara lebih detail dan sedikit berbeda dengan yang dijelaskan dalam buku filsafat ilmu karya jerome. Descartes dianggap sebagai bapak filsafat modern menurut Bertrand Russel. Descartes lahir di la- haye prancis pada tahun 1596. Dari tahun 1616-1628 Descartes banyak melakukan pengalaman dari satu negeri ke negeri lain, dia masuk tiga dinas ketentaraan berbeda. Rene descartes semasa hidupnya telah memberikan kontribusi penting terhadap perkembangan filsafat. Metode-metode yang dia gunakan merupakan langkah awal lahirnya pemikiran filsafat modern.
            Tahap-tahap pemikiran Descartes untuk mencari kebenaran sejati dimuali dengan langkah-langkah yang menurut polos dan jernih. Kemudian ia meneliti sejumlah besar pendapat-pendapat yang keliru (menurutnya) yang umumnya sudah disepakati oleh orang. Ia memulai dengan cara meragukan apa saja, meragukan kepercayaan, meragukan pendapat yang sudah berlaku, meragukan eksistensi alam diluar dunia dan bahkan meragukan eksistensinya sendiri. Tahap pertama ini juga merupakan langkah awal landasan cagitonya. Ia berpikir setiap benda yang ia tahu melalui panca inderanya adalah benar-benardiragukan keberadaannya meskipun dia sendiri menyadari bahwa mungkin akal akan menipunya bahkan ia meragukan apakah tubuh dan tangan itu miliknya. Kemudian berpikir bagaimana ia tahu bahwa ia sedang tidur dan bermimpi. Karena antara keadaan sadar denagn mimpi tidak ada perbedaan atau batas yang benar-benar tegas dan jelas.
                        Langkah selanjutnya Descartes mulai berpikir kembali adakah suatu benda yang benar-benar ada yang tidak dapat lagi diragukan keberadaannya. Descartes mendapat kepastian bahwa ia adalah sesuatu yang berpikir. Dari sinilah ia menjadikannya dasar untuk membangun pengetahuan. Argumennya tentang eksistensi tuhan dimulai dengan kesadaran akan dirinya sendiri sebagai yang ada yang keraguannya tidak sempurna, namun mampu membuat gagasan tentang tuhan sebagai wujud yang sempurna dan gagasan yang sempurna ini menurutnya hanya dapat berasal dari wujud yang sempurna karena itu Tuhan pasti ada sebagai sumbernya.
            Untuk itu Descartes dalam meneliti sesuatu senantiasa berangkat dari keraguannya. Dari keraguan tersebut ia mengetahui bahwa dasar pemikiran yang harus dipakainya adalah akal hingga ia mendapat kepastian yang memuaskan dirinya. Namun rasionalisme yang ia kembangkan meskipun berawal dari objektifitas telah menimbulkan subjektifisme dan relativisme.

4.       Buku FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN karya Prof. Kornad Kebung, Ph. D. Dengan buku FILSAFAT ILMU karya Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, MA.
Didalam buku filsafat ilmu karya Kornad saya menemukan pertentangan pendapat antara Karl Raimund Popper dengan Thomas S. Kuhn. Menurut Kuhn filsafat ilmu seharusnya berguru pada sejarah ilmu baru, Popper dituduh menjungkirbalikkan kenyataan dengan terlebih dahulu menguraikan terjadinya ilmu empiris melalui hipotesis yang diikuti falsifikasi. Setetlah itu baru ia mengambil contoh-contoh dalam sejarah ilmu pengetahuan sebagai bukti untuk membela anggapannya. Menurut Kuhn kita harus berguru pada sejarah ilmu sebagai titik pangkal semua penelitian. Dengan ini filsafat ilmu lebih mendekati kenyataan ilmu dan aktivitas ilmiah yang sesungguhnya. Baginya kemajuan ilmiah pertama-pertama bersifat revolusioner. Konsep utama kuhn adalah paradigma (pola atau contoh). Paradigma adalah cara pandang terhadap dunia dan contoh-contoh prestasi atau praktik ilmiah konkret.
            Kemudian Popper memiliki catatan-catatan yang berisikan 2 asumsi normatif nyata dan diskusi-diskusinya adalah sebagai berikut :
1.      Sains memilikin tujuan khusus yang tidak bisa menyerap secara detail dalam pengetahuan kita untuk menyelesaikan soal-soal kecil atau memfasilitasi produksi perlengkapan-perlengkapan yang berguna secara teknologis. Tujuan utama sains adalah menghasilkan hipotesis-hipotesis yang kuat yang memperluas wawasan pengetahuan kita tentang sifat-sifat yang amat umum dari dunia
2.      Ilmu harus diarahkan sedemikian rupa untuk memajukkan kritik nasional atas asumsi-asumsi betapapun itu asumsi yang fundamental. Amat mungkin kita menciptakan suatu ilmu yang sangat dogmatik dan otoritarian, namun itu tidak cocok dengan nilai-nilai ideal dari ilmu dan tentu peradaban kita pada umumnya

Thomas Kuhn menentang gambaran pertumbuhan ilmiah dari popper dan asumsi-asumsi dibaliknya. Kuhn sebaliknya mengklaim bahwa prosedur-prosedur yang digunakan ilmuan dan orang lain untuk memperluas pengetahuan bukannya hukum-hukum umum yang tepat untuk menilai keuntungan-keuntungan relatif dari teori-teori. Semuanya itu merupakan kerangka -kerangka prosedur dan asumsi yang saling berhubungan, yang amat kompleks dan sulit dan karena itu semuanya hanya dapat digapai dengan cara cermat memahami unsur-unsur khusus pencapain-pencapain ilmiah dan lewat penelitian-penelitian ilmiah. Dalamnya kita terapkan apa yang telah kita pelajari dari unsur-unsur itu. Kalau kita coba mengartikulasikan apa yang menuntun riset sebagai hukum-hukum umum yang tepat  kita akan ciptakan hukum-hukum implisit yang tidak akan mengarahkan para ilmua untuk memajukan pengetahuan. Lebih dari itu asumsi dan prosedur yang dipelajari para ilmuwan melalui pemahaman instan pencapaian ilmiah tidak bisa secara pas didukung atas dasar standar-standar bersama dan lebih fundamental. Semua ini membentuk argumentasi dan persepsi dalamsuatu disiplin ilmiah. Oleh karena itu, tidak ada yang lebih mendasar untuk dirujuk.

            Sedangkan dalam buku filsafat ilmu karya Amsal salah satu metode ilmu pengetahuan adalah metode duduktif. Didalam metode itu Popper berpendapat bahwa ia tidak pernah menganggap bahwa kita dapat membuktikan kebenaran-kebenaran teori dari kebenaran pernyataan-pernyataan yang bersifat tunggal. Popper tidak pernah menganggap bahwa berkat kesimpulan-kesimpulan yang telah diverifikasikan, toeri-teori dapat dikukuhkan sebagai benar atau bahkan hanya mungkin benar. Contoh : jika penawaran besar maka harga akan turun, karena penawaran beras besar maka harga beras akan turun.
            Baik dalam buku filsafat ilmu pengetahuan karya Prof. Kornad kebung, Ph. D. Maupun buku filsafat ilmu karya Prof. Dr. Amsal Bakhtiar M.A. disana dibahas mengenai asal-usul ataupun sumber pengetahuan. Ada persamaan dan ada pula perbedaan yang terdapat di kedua buku itu. Persamaannya adalah sumber pengetahuannya itu sama-sama berjumlah 4. Yang membedakan ialah point-point nya, kalau dibuku filsafat ilmu pengetahuan karya Kornad mengenai sumber pengetahuan dijelaskan yaitu Rasionalisme, Empirisme, Kritisisme, dan Positivisme. Sedangkan dalam buku filsafat ilmu karya Amsal dijelaskan sumber nya itu adalah Realisme, Empirisme, Intuisi dan Wahyu.
Jadi perbedaanya terletak pada 2 sumber lain yang atara buku yang satu dengan buku yang lain itu berbeda. Saya akan menjelaskan perbedaan itu.
            Yang pertama buku karya Kornad, saya akan menjelaskan tentang sumber pengetahuan yang berbeda itu, sumber pengetahuan :
1.      Kritisisme
Sebagai sintesi atas dua pandangan dasar yaitu Rasionalisme dan Empirisme dapat dikatakan bahwa kedua aliran ini sama-sama benar dan sama-sama keliru. Keduanya bersifat terlalu ekstrim. Rasionalisme sangant tidak percaya akan daya pengalaman dan pengamatan inderawi. Demikian juga sebaliknya kaum Empirisme sangat tidak percaya akan kekuatan rasio, kendati mereka masih memberikan tempat dan porsi yang cocok untuk akal budi. Sintese atas dua pnadangan ini sudah dimulai sejak Aristoteles yang kemudian sangat ditekankan oleh Immanuel Kant. Kant mendamaikan kedua aliran ini, dan ia mengajukan hanya satu dunia yaitu dunia yang kita alami. Mangalami dunia dan berpikir tentang dunia adalah saling bekaitan. Dalam akal budi sudah ada kondisi-kondisi atau faktor-faktor penting yang menentukan bagaimana kita menangkap dunia disekitar kita.
Menurut Kant manusia memiliki bakat untuk mengetahui sesuatu. Ia gunakan model tertentu dalam mengamati sesuatu dalam alam semesta, ia juga mendamaikan penggunaan metode induksi dan deduksi. Untuk bisa menangkap sesuatu sudah dapat diandaikan bahwa kita memiliki konsep atau pemahaman tertentu. Juga tidak benar jika sejak kelahiran seorang manusia sudah memiliki pengetahuan a priori dalam benaknya. Ia justru tahu tentang benda lewat pengalaman dan pengajaran dari orang lain.

2.      Positivisme
Positivisme selalu berpangkal pada apa yang telah diketahui yang faktual dan positif. Semua yang diketahui secara positif adalah semua gejala atausesuatu yang tampak. Karena itu mereka menolak metafisika. Yang paling penting adalah pengetahuan tentang kenyataan dan menyelidiki hubungan-hubungan antar kenyataan untuk bisa memprediksi apa yang terjadi dan apa yang akan terjadi dikemudian hari. Dan bukannya mempelajari hakikat atau makna dari semua kenyataan itu. Tokoh utama Positivisme ini adalah Auguste Comte, ia membagi perkembangan pemikiran manusia dalam tiga tahap yaitu tahap Teologis, tahap Metafisis dan tahap Ilmiah (positif).
      Pada tahap-tahap Teologis orang mengarahkan rohnya kepada hakikat batiniah segala sesuatu, sebab pertama dan tujuan terakhir segala sesuatu. Disini orang masih mengakui adanya sesuatu yang mutlak yang berada dibalik sesuatu.
      Tahap Metafisis, dilihat sebagai suatu perwujudan perubahan dari tahap Teologis. Kekuatan adikodrati diganti dengan kekuatan-kekuatan yang disatukan dalam sesuatu yang bersifat umum yang disebut kosmos atau alam, yang dilihat sebagai pengasal segala sesuatu yang ada.
      Tahap positif adalah tahap dimana orang berpendirian untuk tidak lagi mengenal atau mengetahui yang mutlak baik pengenalan Teologis maupun pengenalan Metafisis. Ia tidak memiliki kepedulian untuk mencari tahu dan percaya apa yang disebut hakikat dunia yang melatarbelakangi segala sesuatu. Sekarang orang mengarahkan diri pada hukum-hukum kosmis yang tampakdalam berbagai gejala dan fakta konkrit kehidupan melalui pengamatan inderawi dan akalnya.
Selain semua aliran berpikir tadi, pengetahuan juga dapat diperoleh melalui metode ilmiah.

Sedangkan dalam buku filsafat karya Amsal 2 sumber lain yang berbeda dengan buku karya Kornad Kebung adalah :
1.      Intuisi
Menurut Henry Bergson intuisi adaalh hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan imsting tetapi berbeda dengan kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini memerlukan suatu usaha. Ia juga menyatakan bahwa intuisi adalah suatu pengetahuan yang langsung yang mutlak dan bukan pengetahuan yang nisbi.
            Menurutnya intuisi sifat lahiriah pengetahuan simbolis yang pada dasarnya bersifat analisis, menyeluruh, mutlak dan tanpa dibantu oleh penggambarab secara simbolis. Karena itu intuisi adalah sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Analisis dan pengetahuan yang diperoleh lewat pelukisan tidak dapat menggantikan hasil pengenalan intuisi.
            Ada sebuah isme lagi yang barangkali mirip dengan intuisionisme yaitu Ilmuinasionisme. aliran ini berkembang di kalangan tokoh agama, yang dalam agama islam disebut ma’rifah yaitu pengetahuan yang datang dari Tuhan melalui pencerahan dan penyinaran. Pengetahuan tersebut akan diperoleh oleh orang yang hatinya telah bersih, telah siap, dan sanggup menerima pengetahuan tersebut.
            Adapun perbedaan antara intuisi dalam filsafat barat dengan ma’rifat dalam islam adalah kalau intuisi diperoleh lewat perenungan dan pemikiran yang konsisten, sedangkan dalam islam ma’rifat diperoleh lewat perenungan dan penyinaran dari Tuhan. Pencerahan dan penyinaran ini dapat dianggap sebagai sumber pengetahuan. Sebab jika pengetahuan korespondensi melibatkan objek diluar dirinya maka pengetahuan dengan pencerahan yang diluar harus didahului dengan pengetahuan tentang dirinya sendiri.
2.      Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manuisa lewat perantaraan para Nabi. Para Nabi memperoleh pengetahuan dari Tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk memperoleh nya. Pengetahuan mereka terjadi atas kehendak Tuhan semesta. Tuhan mensucikan jiwa mereka dan diterngakaNya pula jiwa mereka untuk memperoleh kebenaran dengan jalan wahyu.
            Wahyu Allah (agama) berisikan pengetahuan baik mengenai kehidupan seseorang yang terjangkau oleh pengalaman maupun yang mencangkup masalah transedental, seperti latar belakang dan tujuan penciptaan manusia, dunia, dan segenap isinya serta kehidupan diakhirat nanti.
            Kepercayaan ini lah yang merupakan titik tolak dalam agama dan lewat pengkajian selanjutnya dapat meningkatkan atau menurunkan kepercayaan itu. Sedangkan ilmu pengetahuan sebaliknya, yaitu dimulai mengkaji dengan riset, pengalaman dan percobaan untuk sampai kepada kebenaran yang faktual.

5.      Buku FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN karya Prof. Kornad Kebung, Ph. D. dengan buku FILSAFAT ILMU karya Prof. Dr. Idzam Fautanu, MA
Buku filsafat ilmu pengetahuan karya Kornad membahas mengenai  peranan ilmu dalam perkembangan kebudayaan Nasional. Sedangkan dalam buku filsafat ilmu karya Idzam itu lebih menceritakan bagaimana ilmu itu berkembang di Eropa begitu juga dengan para tokoh-tokoh Eropa yang mengembangkan berbagai teori nya dalam berfilsafat mengenai ilmu. Namun didalam buku filsafat ilmu pengetahuan karya Kornad juga dibahas megenai perkembangan pada masa yunani seperti hanya yang dijelaskan dalam buku filsafat ilmu karya Idzam.
            Dalam buku filsafat ilmu pengetahuan karya Kornad dibahas mengenai kebudayaan nasionalisme, saya akan membahas itu. Didalam buku ini dijelaskan pendapat menurut Prof. Nugraha Notosusanto. Beliau berpendapat bahwa beliau melihat kebudayaan nasional sebagai sebagai kebudayaan daerah dan kebudayaan kesatuan. Kesadaran akan satu kebudayaan nasional berakar dari pengalaman historis bangsa yaitu kesadaran akan kesamaan nasib, kesatuan yang mencapai puncak pada hari raya kemerdekaan Indonesia. Sumpah pemuda pada 28 oktober 1928 merupakan cerminan kesadaran nasional yang pada dasarnya bersumber pada kesadaran akan persamaan kebudayaan.
            Secara singkat dapat diartikan bahwa kebudayaan nasional merupakan perpaduan seluruh lapisan kebudayaan bangsa Indonesia yang mencerminkan semua aspek kepribadian bangsa atau totalitas sikap, kepribadian dan berbagai aspek yang menjelaskan identitas bangsa Indonesia. Ini termasuk pandangan hidup, filsafat, berpikir serta sikap dan kepribadian bangsa Indonesia itu sendiri.

Kebudayaan nasional dan manusia Indonesia
            Indonesia akan menjadi bangsa yang dinamis apabila seluruh karya pembangunan didasarkan pada budaya yang dinamis. Dinamika kebudayaan dapat terlihat entah kah kebudayaan itu mampu merangsang pertumbuhan dan perkembangan manusia dan masyarakat Indonesia. Inilah kebudayaan yang membuka kemungkinan para penganutnya mengungkapkan diri mereka secara bebas dalam berbagai bentuk. Kebudayaan indonesia harus menjadi ruang dan waktu bagi penganutnya untuk berprakarsa dan berpikir kreatif untuk membangun diri dan bangsa. Kebudayaan kita yang sekarang merupakan pengembangan atau kelanjutan dari kebudayaan tradisional yang kaya makna. Kebudayaan modern ini bukannya merupakan cangkokan kebudayaan luar pada tubuh kebudayaan tradisional melainkan merupakan hasil sintesisi kreatif dari berbagai unsur budaya termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Jelas bahwa kebudayaan Indonesia modern merupakan perpaduan berbagai unsur kebudayaan tradisional dan perkembangan-perkembangan terbaru dalam berbagai pola pemikiran, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan atas semua cara itu terbentuklah jati diri kita sebagai bangsa yang berbeda tetapi tetap satu dibawah semboyan Bhineka Tunggal Ika.

Tempat dan peranan ilmu terhadap kebudayaan Nasional
            Pengembangan kebudayaan nasional sungguh memerlukan nilai-nilai kritis, rasional, logis, objektif dan terbuka menjunjung kebenaran dan pengabdian yang tinggi. Inilah semua nilai ilmiah yang mutlak perlu dalam mengembangkan kebudayaan nasional Indonesia. Kebudayaan adalah sesuatu yang tidak bersifat mati dan statis melainkan selalu berubah sejalan dengan perubahan dan perkembangan dalam manusia, dan penganut budaya itu sendiri. Untuk itu kebudayaan yang dinamis perlu didukung oleh pola pikir ilmiah yang terbuka dan tanggap terhadap perkembangan dan kebutuhan manusia dalam setiap era sejarah. Endang Daruni Asdi mengemukakan beberapa langkah sistematik dalam pengembangan kebudayaan yang bersifat ilmiah ini, yaitu :
1.      Ilmu dan kegiatan keilmuan disesuaikan dengan kebudayaan yang ada dalam masyarakat kita dengan pendekatan edukatif dan persuasif dan menghindari konflik-konflik, bertitik tolak pada interpretasi yang ada dalam argumentasi keilmuan.
2.      Menghindari sientisme dan pendasaran terhadap akal sebagai satu-satunya sumber kebenaran.
3.      Meningkatkan integritas keilmuan dan lembaga keilmuan dan melaksanakan dengan konsekuen kaidah moral kegiatan keilmuan.
4.      Pendidikan keilmuan sekaligus dikaitkan dengan pendidikan moral. Etika dalam kegiatan keilmuan memiliki kaidah imperatif.
5.      Pengembangan ilmu disertai dengan pengembangan bidang filsafat. Karena itu bidang filsafat hendaknya diberikan di pendidikan tinggi. Kegitan ilmiah dengan itu tidak lepas dari kontrol pemerintah atau masyarakat.


Sedangkan di dalam buku filsafat ilmu karya Idzam lebih membahas mengenai perkembangan ilmu didunia Eropa yang akan saya jelaskan berikut ini.

Perkembangan ilmu pada zaman Yunani Kuno
            Melalui pendekatan historis ilmu dipahami melalui perkembangan pemikiran filsafat. Menurut catatan sejarah filsafat barat mulai berkembang dari yunani. Perkembangan pemikiran ini menandai bahwa suatu usaha pemikiran manusia untuk mempergunakan akal dalam memahami segala sesuatu. Pemikiran yunani sebagai embrio atau cikal bakal filsafat barat, berkembang menjadi titik tolak pemikiran barat abad pertengahan, modern dan masa berikutnya.
            Pemahaman filsafat tidak dapat dilepaskan dari perjalanan sejarah panjang pemikiran manusia itu sendiri. Sebagaimana pemikiran manusia pada awalnyamasih diliputi dengan corak berpikir mitologis. Corak pemikiran ini diwarnai oleh pertimbangan-pertimbangan magis serta animistik terkait dengan corak kehidupannya sehari-hari. Dalam perkembangan selanjutnya, manusia mulai berpikir yang lebih rasional dengan disertai arumentasi-argumentasi logis. Dari sinilah fase awal berpikir secara filosofis, manusia mulai merumuskan pernyataan-pernyataan logis, dan sistematis terkait persoalan-persoalan yang tengah dihadapinya.
            Filsafat yunani muncul karena pengaruh mitologi, mistisme, matematika, dan persepsi yang kental dengan spekulasi-spekulasi sehingga segalanya nyaris tidak jelas dan seakan mengacaukan pandangan dunia. Kebudayaan mereka kaya dan kreatif, yang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang sportif dan kompetitif. Dari perkembangan pemikiran inilah mucul beberpa pemikran filosofis pada masa yunani kuno antara lain adalah Parmindes, xenophannes, Thales, Aristoteles, Hertklus dan Phytagoras.
            Secara umum, karakteristik filsafat yunani kuno adalah rasionalis, yaitu suatu pemahaman tentang sebuah pengetahuanyang lebih mengutamakan akal (logika). Rasionalisme itu mencapai puncaknya pada orang-orang sofis yang senang berdebat dan berorasi. Filsafat pada abad pertengahan adalah suatu arah pemikiran yang berbeda sekali dengan arah pemikiran masa kuno. Filsafat abad pertengahan menggambarkan suatu zaman baru di tengah-tengah suatu rumpun bangsa yang hidup di era “kegelapan” tepatnya dieropa barat. Filsafat yang baru ini disebut filsafat skolastik.
            Sebutan skolastik menggambarkan bahwa ilmu pengetahuan abad pertengahan tersebut diusahakan dari sekolah-sekolah dan bahwa ilmu itu terkait dengan tuntutan pengajaran disekolah-sekolah tersebut. Semula skolastik timbul di biara-biara di gallia selatan itu, pengaruh skolastik sampai ke Irlandia, Nederland dan jerman. Kemudian skolastik muncul disekoal-sekolah kapittel yaitu sekolah-sekolah yang dikaitkan dengan gereja.
            Didalam buku filsafat ilmu pengetahuan karya Kornad dijelaskan tentang cabang-cabang utama filsafat  sedangkan didalam buku filsafat ilmu karya Idzam tidak dijelaskan tentang cabang-canang utama filsafat tetapi disinggung beberapa tema yang sama namun pengertian dan penyampaian materinya sedikit berbeda.
Di dalam buku filsafat ilmu karya Kornad ada cabang-cabang utama filsafat yang akan saya jelaskan berikut ini.
1.      Metafisika
Yaitu ilmu tentang Being Aqua Being, disebut juga dengan nama filsafat pertama (first philosophy). Ia berasal dari kata yunani yaitu meta ta physica, yang berarti berada dibelakang benda-benda fisik yang bergerak dan berubah-ubah.
Aristoteles menggunakan filsafat pertama (proto philosophia). Juga dikenal sebagai pengetahuan tentang sebab, tentang hal-hal yang abadi yang tidak bisa digerakkan atau teologi. Metafisika juga berarti sebuah studi tentang makna, struktur dan prinsip, dari segala sesuatu yang ada sejauh ada.
            Ahli metafisika menolong menunjuukan asumsi-asumsi metafisis bagi pembentukkan teori atau paradigma ilmu baru.
Peran metafisika bagi ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut :
a.       Metafisika mengajarkan cara berpikir yang cermat dalam pengembangan ilmu (tak kenal titik henti). Ia harus siap menjawab berbagai persoalan sulit (enigmatik), soal-soal ini menuntut alur berpikir yang serius.
b.      Ia menuntut orisisnalitas berpikir yang perlu bagi ilmu. Ia selalu berusaha menemukan hal-hal baru yang belum pernah terungkap. Sikap ini membawa kita untuk masuk ke dalam context of discovery dan bukan hanya ke dalam lingkup pembenaran semata (context of justification).
c.       Ia memberi bahan pertimbangan yang matang bagi pengembangan ilmu, dengan itu soal-soal yang diajukan memiliki landasan yang kuat.
d.      Ia membuka peluang adanya perbedaan visi dalam melihat realitas sebab tidak ada kebenaran yang sungguh absolut.

2.      Epistimologi
Berasal dari bahasa yunani yaitu episteme dan logos yang berarti ilmu atau studi tentang pengetahuan. Istilah-istilah yang setara dengan epistimologi adalah :
a.       Kriteriologi : berbicara tentang benar tidak nya pengetahuan.
b.      Kritik pengetahuan (pembahasan kritis tentang pengetahuan)
c.       Gnoseologi (teori tentang pengetahuan)
d.      Logika material : pembahasab logis dari segi isi sedangkan logika formal dari segi bentuknya.
Objek material epistimologi adalah pengetahuan. Dan objek formal epistimologi adalah hakikat pengetahuan.
Ciri-ciri pengetahuan ilmiah antara lain :
a.       Berlaku umum : berarti jawaban atas pertanyaan apakah sesuatu itu layak atau tidak tergantung pada faktor-faktor subyektif.
b.      Mempunyai kedudukan mandiri (otonom). Faktor-faktor diluar ilmu juga berpengaruh tetapi diusahakan agar tidak menghalangi perkembangan ilmu secara mandiri.
c.       Punya dasar pembenaran : untuk mencapai derajat kepastian yang sebesar-besarnya (apriori dan aposteriori).
d.      Sistematik : harus ada sistem dalam susunan pengetahuan dan cara-cara memperoleh pengetahuan.
e.       Intersubyektif : kepastian pengetahuan ilmiah tidak didasarkan pada intuisi-intuisi serta pemahaman-pemahaman secara subyektif melainkan dijamin oleh sistemnya sendiri.

3.      Aksiologi
Berasal dari kata axios yang berarti nilai, sesuatu yang berharga, dan logos berarti ilmu. Jadi aksiologi adalah disiplin filsafat yang membahas masalah nilai atau sering disebut juga teori nilai, kodrat atau kriteria dan status metafisik dari nilai. Aksiologi merupakan suatu bidang filsafat yang sangat tua dan sudah nampak dalam gagasan-gagasan plato tentang idea atau forma kebaikan.
            Salah satu cabang aksiologi adalah etika (nilai baik atau buruk). Berikut beberapa pengertian mengenai Etika :
a.       Kata ini bisa digunakan dalam arti atau norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
b.      Kumpulan nilai moral atau asas (misalnya kode etik)
c.       Ilmu tentang yang baik atau yang buruk. Kalau etika dilihat sebagai ilmu atau menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis maka itu ia sama dengan filsafat moral.

Etika berasal dari kata ethos yang berarti watak atau kebiasaan, cara berkata atau bertindak, dengannya orang lain  mengenal siapa saya. Moral berasal dari kata bahasa latin mos (gen : moris) yang berarti tata adat atau juga kebiasaan. Yang menjadi objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia sedangkan objek formalnya adalah kebaikan , keburukan atau bermoral tidaknya tingkah laku manusia. Maka perbuatan yang dilakukan tanpa sadar atau tidak dengan penuh kebebasan, tidak dapat dikenai penilaian moral atau tidak moral.

            Dalam buku filsafat ilmu karya Idzam dijelaskan tema yang sama dengan yang ada dalam buku filsafat ilmu pengetahuan karya Kornad tetapi tidak termasuk dalam cabang utama filsafat melainkan menjadi tema baru dibuku tersebut. Tema itu adalah Aksiologi dan Epitimologi, berikut penjelasannya :

1.      Epistimologi
Menurut Kattsof bahwa ontologi dan epistimologi merupakan hakikat kefilsafatan, artinya keduanya membicarakan mengenai kenyataan yang terdalam dan bagaimana mencari makna dan kebenaran. Sedangkan aksiologi berbicara mengenai masalah nilai-nilai atau etika dalam kaitannya dengan mencari kebahagiaan dan kedamaian bagi umat manusia.
      Secara etimologis, epistimologi berasal dari bahasa yunani, yaitu epiteme dan logos. Epiteme artinya pengetahuan dan logos biasanya dipakai untuk menunjuk pengetahuan sistematik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa epistimologi merupakan pengetahuan sistematik tentang ilmu pengetahuan. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun 1954 yang membuat dua cabang filsafat yakni epistimology dan ontology.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa epistimologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan mengenai masalah hakikat pengetahuan. Dengan kata lain epitimologi merupakan disiplin filsafat yang secara khusus hendak memperoleh pengetahuan. Sedangkan pengetahuan yang tidak ilmiah adalah masih tergolong pra ilmiah. Dalam hal ini berupa pengetahuan hasil serapan inderawi yang secara sadar diperoleh baik yang telah lama maupun yang baru didapat. Disamping itu sesuatu yang diperoleh secara pasif atau diluar kesadaran, seperti ilham, intuisi, wangsit, atau wahyu (oleh Nabi). Dengan kata lain pengetahuan ilmiah diperoleh secara sadar, aktif, sistematis, jelas prosesnya secara prosedural, metodis dan teknis, tidak bersifat acak, kemudian diakhiri dengan verifikasi atau diuji kebenaran (validitas) ilmiahnya.

2.      Aksiologi
Aksiologi adalah asas mengenai cara bagaimana menggunakan ilmu pengetahuan yang secara epistimologis diperoleh dan disusun.
      Aksiologis terdiri dari analisis tentang kepercayaan, keputusan, dan konsep-konsep moral dalam rangka menciptakan atau menemukan suatu teori nilai. Dengan kata lain aksiologi merupakan “ilmu” yang memberikan pertimbangan pada sesuatu yang berharga, berkualitas, bermakna dan bertujuab bagi kehidupan manusia, individu maupun kelompok. Umumnya orang menimbang nilai dengan kadar baik atau buruk (etika) indah atau jelek (estetika). Karena itu nilai mengarah pada tindakan untuk membentuk “prefernsi nilai” ( sistem niali atau nilai ).
Demikianlah aksiologi menurut buku filsafat ilmu karya Idzam, yang terdiri dari kepercayaan, keputusan dan konsep-konsep moral dalam rangka menciptakan atau menemukan suatu teori nilai.

      Itulah perbedaan dan pertentangan yang dapat saya simpulkan. Intinya filsafat adalah suatu cara berpikir seseorang yang didasarkan pada logika untuk mencari kebenaran dan makna dari setiap objek dan subjek yang ada dalam filsafat. Dari perbedaan dan pertentangan yang sudah saya jelaskan dimateri ini semoga menambah pengetahuan kita dan menjadi perbandingan kita mengenai Filsafat.



 Daftar Pustaka



Jerome R. Ravertz. Filsafat Ilmu.
Prof. Kornad Kebung, Ph. D. Filsafat Ilmu Pengtahuan.
Prof. Dr. Amsal Bkhtiar, MA. Filsafat ilmu.
Dr. Idzam Fautanu, MA. Filsafat Ilmu.
Dr. Saifur Rohman, M. Hum., M. Si. Filsafat pendidikan masa depan.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar